Monday, September 28, 2015

Propaganda Di Pesta Baratan (Pesta Lampion)

Propaganda Di Pesta Baratan (Pesta Lampion)
Om Swasti Astu, Mohon maaf Sebelumnya bila artikel ini sedikit taboo untuk dibicarakan, namun saya tekankan. saya tidak bermaksud mengompori ataupun menyinggung pihak manapun, karena ini pendapat saya. Opini saja, yang tidak dapat di jadikan suatu landasan apapun. dan saya melakukan kritik budaya berdasarkan masyarakat awam, dan warga biasa.

Dewasa ini masyarakat Jepara di kejutkan dengan tradisi di kalinyamatan dengan sosok wanita penunggang kudanya. Itulah Sang Ratu Kalinyamat menurut (Konsepsi Pesta Baratan) Namun secara Konseptual berbeda apa yang seharusnya di suguhkan dalam tradisi itu. Saya sangat mengapresiasi akan hal yang terjadi di lingkungan masyarakat purwogondo dan sekitarnya, dan saya juga turut berduka akan hal kegiatan itu. Saya sebut itu sebagai kegiatan propaganda. Apa yang melatar belakangi kegiatan itu? lalu apa yang menjadi manfaat serta sebab akibatnya? saya akan mengulas secara sedikit demi sedikit sesuai kritik budaya yang saya lakukan.
Cuplikan dari internet:
Salah satu tradisi masyarakat Jepara yang erat kaitannya dengan Ratu Kalinyamat adalah “Pesta Baratan”. Kata “baratan” berasal dari sebuah kata Bahasa Arab, yaitu “baraah” yang berarti keselamatan atau “barakah” yang berarti keberkahan.
Tradisi Pesta Baratan dilaksanakan setiap tanggal 15 Sya’ban (kalender Komariyah) atau 15 Ruwah (kalender Jawa) yang bertepatan dengan malam nishfu syakban. Kegiatan dipusatkan di Masjid Al Makmur Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamatan. Ritualnya sederhana, yaitu setelah shalat maghrib, umat islam desa setempat tidak langsung pulang. Mereka tetap berada di masjid / musholla untuk berdo’a bersama. Surat Yasin dibaca tiga kali secara bersama-sama dilanjutkan shalat isya berjamaah. Kemudian memanjatkan doa nishfu syakban dipimpin ulama / kiai setempat, setelah itu makan (bancaan) nasi puli dan melepas arak-arakan. Kata puli berasal dari Bahasa Arab : afwu lii, yang berarti maafkanlah aku. Puli terbuat dari bahan beras dan ketan yang ditumbuk halus dan dimakan dengan kelapa yang dibakar atau tanpa dibakar.
Pesta Baratan sebenarnya Sudah ada kurang lebih sejak tahun 1999 bahkan sebelum itu , namun semua itu di patenkan dan di populerkan oleh para kiayi di desa kriyan. sehingga tercipta suatu hak mayarakat untuk merayakannya. Pesta Baratan Jatuh pada malam nisfu syaban, dan berlaku di tiap tahunnya. Para Peserta Membawa Lampion dan Obor untuk prosesi ritualnya,dan yang paling menarik adalah peserta prosesi selalu mengucapkan kata-kata mistis yaitu, TONG TONG JI TONG TONG JEDER…. selalu Berulang ulang dengan mengelilingi kampong. bahkan kata –kata tersebut sering kali diinovasian dengan penambahan penambahan yang sedikit inovatif, contohnya, TONG TONG JI TONG TONG JEDER… PAK KAJI NABUH EMBER.. dan seterusnya.


Kegiatan Bermula di Kalinyamat, sekitar Purwogondo , Margoyoso, Kriyan, Robayan dll


       Ada 2 versi cerita yang mendasari tradisi baratan yaitu:
- Cerita Versi Pertama
Sultan Hadirin (Sayyid Abdurrahman Ar Rumi) berperang melawan Aryo Penangsang dan terluka. Kemudian Sang isteri Nyai Ratu Kalinyamat (Retno Kencono) membawanya pulang ke Jepara dengan dikawal prajurit dan dayang-dayang. Banyak desa di sepanjang jalan yang dilewati rombongan diberi nama peristiwa menjelang wafatnta Sultan Hadirin. Salah satu contohnya adalah saat rombongan melewati suatu desa, mendadak tercium bau harum semerbak (gondo) dari jasad Sultan, maka desa tersebut sekarang kita kenal dengan nama Purwogondo.

- Cerita Versi Kedua
Setelah berperang melawan Aryo Penangsang, Sultan Hadirin tewas dan jenazahnya dibawa pilang oleh isterinya (Ratu Kalinyamat) pulang ke Jepara. Peristiwa itu berlangsung malam hari, sehingga masyarakat disepanjang jalan yang ingin menyaksikan dan menyambut rombongan Ratu Kalinyamat harus membawa alat penerangan berupa obor.

(Versi diatas saya cuplik dari internet)

Setahu Saya nama asli sultan hadiri adalah Win Tang dan Sultan adalah seorang pembisnis galangan kapal yang berada di Jepara dan Juwana (dalam Buku Gustami).
dan Kematian Sultan Hadiri itu karena di cegat oleh suruhan Aryo Panangsang dan di perangi untuk membunuh Sultan, dan sang Sultan tidak memerangi  dengan begitu cerita di atas sedikit cerita yang menjadi legitimasi (dalam Kisah di Buku Babad Tanah Jawi).

 Lalu apa yang menjadi masalah?
Masalahnya adalah kita lihat masyarakat kalinyamat begitu gembiranya ketika melihat arak-arakan Ratu Kalinyamat. Padahal Arak-Arakan Dengan Konsep Pesta Baratan Adalah Simbol kedukaan. lantas kenapa harus di hadirkan dengan keceriaan, dan sampai di namakan pesta. inilah yang di namakan Propaganda. Seharusnya Pesta Baratan adalah suatu symbol keceriaan dan bukan kedukaan itu sudah benar. namun ada yang salah, kenapa pesta baratan menghadirkan sosok Ratu Kalinyamat, bukankah hal ini akan membuka luka lama. kenapa? kita tahu sejarah Sultan Hadiri (Suami Ratu Kalinyamat) di Bunuh Oleh Arya Panangsang, dan sang sultan di bawa ke jepara, ketika melewati purwogondo dan sekitarnya masyarakat membawa lampion untuk orang cina dan obor untuk orang jawa. pertanyaan Saya adalah. Apakah ketika ada orang meninggal kita melakukan pesta? Opo Tanggamu Mati trus muk tanggepke Orkes Rek? Walaupun sebenarnya  Dari sisi agama, tradisi ini dianggap sebagai ritual penyucian diri bagi umat islam, apalagi pelaksanaannya menjelang puasa bulan Romadlon. Selain itu, tradisi ini menggambarkan semangat dan optimisme dalam menjalani hidup, disamping keteguhan dalam menghadapi berbagai cobaan. Semua itu terangkum dalam do’a nishfu syakban yang dipanjatkan.
Mari Kita Breakdown Persoalannya.
Alangkah baiknya bila tetap melestarikan Pesta Baratan Tanpa Mempertontonkan Ratu Kalinyamat. Karena Persoalannya Adalah PESTA.
Dan Kenapa memilih di malam nisfu syaban? alasannya adalah masyarakat akan gembira karena datangnya malam mulia. yaitu malam nisfu syaban. lantas apa hubungannya? inilah alasan para kiyai untuk memberikan tradisi itu di malam nisfu syaban, Bukankah kuliner yang di suguhkan itu fuli? dari bahasa arab yang berarti memaafkan. kita di harapkan memaafkan satu sama lain. dengan sebuah symbol penerangan hati yang menghadirkan obor dan lampion. Itulah yang Saya Sebutkan Pesta Baratan, Pesta Baratan memiliki arti Kegembiraan yang Barokah. bukan malah kegembiraan menyambut Ratu Kalinyamat Membawa Jenazah. Perlu di cermati ya cak. Lalu Kenapa Tidak Boleh Ada Unsur Ratu Kalinyamatnya?
Bukannya tidak boleh tapi kehati hatian kita dalam menerapkan suatu unsure budaya. Yang tidak boleh adalah, ketika kita Asumsi Judulnya Pesta Baratan tentu saja tidak masuk untuk arak-arakan semacam Ratu Membawa Kuda Bersama para sunan. Pasalnya Ketika masyarakat membawa jenazah itu tentu saja masyarakat meneranginya dengan penuh kedukaan, bukan kesenangan. dengan kata lain masyarakat akan mengartikan sesuai tafsir mereka yang berakibat melenceng. Boleh lah melakukan kegiatan arak-Arakan Ratu Kalinyamat, namun tidak bertepatan pada Pesta Baratan. Para Sesepuh Kiyai Pun sebenarnya Sudah memformulasikan semacam itu dengan penuh makna, seperti halnya kata kata mistis TONG TONG JI TONG TONG JEDER… ketika di telusuri makna dari kata-kata mitos itu mengingatkan kita tentang suatu kejadian . TONG TONG JI Maknanya Sesuatu Terjadi dan menewaskan seorang yang berpengaruh. TONG TONG JEDER Maknanya sesuatu itu akan menjadi persoalan yang besar (Geger Tanah Jawa) . Ketika TONG TONG JI TONG TONG JEDER memiliki makna Peringatan epada seluruh masyarakat tentang terjadinya satu peristiwa yang akan membuat gaduh seluruh tanah jawa (khususnya Jepara) /JI itu Siji (satu) JEDER itu Gemuruh (Geger/Kegemparan).
Sebab dan Akibatnya…
Ketika tradisi itu tetap dihadirkan dengan mempertontonkan arak-arakan Kalinyamat dari pada lampionnya akan sangat berakibat fatal bagi berlangsungnya tradisi itu sendiri. kenapa? dari tahun ketahun pesta baratan/lampion itu akan bergeser kepada arak-arakan. dan anak cucu kita akan memahami itu sebagai tradisi jepara yang patut di lestarikan walaupun lampion bergeser menjadi arakan kalinyamat. apalagi dengan Tradisi Pesta Baratan/Lampion yang melestarikan Penerangan (lampion) justru akan juga memakmurkan para penjual lampion musiman yang di jajakan oleh pedagang lampion di sekitar jalan Kalinyamat. namun ketika semua berubah menjadi arak-arakan semata, justru akan membumi hanguskan para pedagang lampion itu sendiri, peristiwa itu akan terjadinya gulung tikar antar pedagan lampion secara besar-besaran.
Kesimpulan
Kesimpulan dari tulisan saya kali ini adalah. Pesta Baratan yang sebenarnya adalah membawa penerangan dengan ucapan mistis untuk mengelilingi kampong. namun sekarang ini pembawaan semacam itu sudah berganti dengan sosok peran Ratu Kalinyamat membawa kuda. itu bagus. tapi secara tidak langsung telah menggeser arti dari pesta baratan itu sendiri. itulah yang saya sebut Propaganda dalam Tradisi. sehingga untuk masyarakat yang mengetahui artinya akan melihat makna yang di timbulkan. dan makna itu akan merubah pemikiran oleh masyarakat itu sendiri.


 Pesta Baratan yang benar adalah Pesta Lampion  (gambar dari Internet)

Ini Termasuk Pengembangan Dari Lampion (gambar dari Internet)

membuat masyarakat sejahtera dengan keadaan, apa lagi waktu kecil saya melihat pemandangan yang hebat di lingkungan masjid purwogondo yang banyak sekali pedagang, namun ketika menjadi arak-arakan, para pedagang semakin surut dan banyak gulung tikar. (gambar dari internet)
 Semoga artikel ini bermanfaat dan saya mohon maaf bila artikel saya menyinggung alayak/ masyarakat ataupun pihak tertentu, karena ini hanya opini saya, pendapat saya dan tidak bermaksud mengompori golongan tertentu,
matur suksmo. nuwun,Salam Rahayu. Om Santi Santi Santi


Sebenarnya pemikiran diatas sesui asumsi artikel saya tentang keraton kalinyamat (Silahkan untuk membaca)

Thursday, August 27, 2015

DARI KAWAN UNTUK YANG DI AWAN





INILAH ILMU RWABINEDHA DI SPATIO TEMPORAL



Hallloo kawan..
Namaku Ais (Samaran) . aku kelahiran kota yang mempesona yang masih berada di tanah jawa, saya akan menceritakan perjalanan hidupku yang diantara hitam dan putih sehingga mampu menginstropeksi diri sendiri terhadap orang lain, dan inilah perjalananku dalam proses belajar mulai dari TK sampai di Perguruan tinggi.
banyak sekali ilmu kehidupan yang aku pelajari dari sisi sosial sampai kebudayaan sehingga menjadikan diriku menjadi seperti sekarang ini.

Sejak lahir aku sudah pernah mengalami masa masa sulit dalam keluarga sehingga makan saja harus serba berbagi dengan yang lain, saat itu umurku 4 tahun dan aku mulai duduk di bangku TK. tetapi semua itu aku mulai belajar mengenai kehidupan, mulai tentang bagaimana harus prihatin dengan keadaan, ingat betul ketika semua kawan-kawan di TK yang di jemput oleh orang tua mereka, tetapi aku hanya bisa memandang, dimana orang tuaku, aku sedih dan berkata dalam hati, siapa yang menjemputku? sejak saat itu aku mulai diajarkan tentang kemandirian, hanya mandiri belum dengan sikap mental, mentalku saat itu masih sejengkal jagung. kadang merasa terancam dengan keadaan. dimana anak kecil yang berjalan sendirian ditengah sepinya jalanan. hingga saat itu orangtuaku membelikan sebuah sepeda kecil dan mungil dengan cat hijau tua dengan pedal kuat. mulai pagi hari akupun dengan semangat berangkat mengayuh sepeda kebanggaan dari orang tua. biarpun begitu aku tetap bangga memiliki orang tua seperti mereka, mereka adalah jimat keberuntungan yang selalu aku ucap ketika aku punya masalah. hingga suatu ketika aku bertekat untuk membantu siapapun, kecuali menraktir orang lain hahaha, ya.. itu karena waktu itu uang jajanku hanya 200 rupiah, cukup membeli minuman 1 kali saja. Mungkin ketika teman punya masalah, umurku waktu itu sudah 5 tahun. aku ingat siapa yang pernah aku bela pertama kali dalam seumur hidupku, dia adalah teman lama yang sekarang hilang entah kemana, dia seorang anak tentara yang sedang bertugas di desaku, sehingga dia di sekolahkan di TK bersamaku, namanya adalah Hidris. saat itu mainan yang namanya wayangan sangat popular, kepopulerannya melebihi serial pertelevisian sekarang ini. maklum dulu televise masih hitam putih dan kepemilikannyapun masih jarang ditemui di tempat warga. saat itu Hidris memiliki banyak sekali wayangan, dan kemudian salah satu temanku Rizal, dia ingin merampas wayangan milik Hidris saat itu aku mengetahuinya dan aku rampas kembali untuk mengembalikan kepada Hidris, Rizal yang tidak terima pun sontak menggigit lengan kananku sampai berdarah kecil. saat itu aku menyadari tindakanku yang cenderung ceroboh dan membahayakan diri sendiri. selepas usiaku beranjak tumbuh dewasa, akupun mulai memahami tentang arti teman. banyak sekali teman yang tidak senang dangan diriku, tetapi mereka membutuhkanku. aku bingung dengan keadaan seperti itu, tapi aku hanya berpikir positif, sampai aku lulus . beranjak SMP aq mulai mengenal teman-teman yang sangat hebat, sangat luar biasa dalam sejarah pertemanan. mereka ada untuk mensupport tentang kegiatan baik dan buruk. aku sebut mereka dengan punokawan, dan punokawan inilah yang menjadi tonggak pemersatu alumni di angkatanku hingga sekarang. disitulah peranan penggati keluarga. berkat dukungan dari keluarga akhirnya aku lulus di SMP. dan smpku dulu sudah mulai lintas Kota. setelah SMP aku melanjutkan ke jenjang SMK karena karakterku yang tidak terlalu senang dengan teoritis SMA. ada dua pilihan SMK yang aku pilih untuk masuk berkecimpung didalamnya antara jurusan grafika dan animasi. setelah melakukan tes dikeduanya akhirnya aku masuk dan terdaftar sebagai siswa smk, namun disitu aku menyadari bahwa dulu waktu smp , aku pernah di pandang rendah tentang karya-karyaku yang aku buat sendiri oleh nyakmun klo aq sebbutkan namanya, berkat dialah aku mantap masuk di jurusan seni rupa. namun aku juga harus memilih antara smk grafika atau animasi. dengan kelapangan dada aku memilih Animasi, jurusan yang diimpikan banyak orang, namun di jurusan tersebut kutemui kelompok teman yang menurutku kurang, kenapa? ..beberapa terbilang baik .. namun selebihnya cenderung lebih memanfaatkan orang lain. hal itu pun tidak lepas dengan kehidupanku sendiri, seperti halnya ketika mereka meminta bantuan, dan aku yang terbilang senang dengan membantu mereka, akhirnya mereka aku bantu dngan senang hati. namun setelah semua selesai begitu saja, beberapa dari mereka lupa dengan keadaanku dan pura-pura tuli dan buta dan mereka lebih senang dengan majatuhan orang dibelakangku . apa salahku?... kenapa engkau menyalahkankanku?... aku turut menyesal akan peristiwa mereka terhadapku , lihatlah , bukankah mereka itu yang aku anggap saudara kini membuangku begitu saja. dan sejak saat itu aku cenderung lebih berhati-hati dengan siapapun, ternyata sisi trauma yang aku alami sangat berpengaruh besar terhadap kehidupan baruku, entah kenapa sejak saat itu aku mulai menjaga jarak dengan orang lain.dan berjanji dalam hati dengan kata “AWAS” dan selalu menggunakan garis siaga terhadap siapapun termasuk dengan kawan baik waktu smp, aku tau kata balas dendam itu buruk. dan terimakasih dengan kawan-kawan baikku yang menghiburku , namun sontak sejak saat itu keceriaanku hilang. masa depanku mengalami kegelapan. Setelah kelulusan akupun juga tidak terlalu akrab dengan mereka, aku sadar akan kelakuanku yang sia-sia. sejak saat itu aku belajar mengenai teman yang sabenarnya . setelah beranjak perguruan tinggi akupun semakin menyadari ternyata pertemanan itu hanyalah kamuflase dan hanya semu saja. karena mereka memiliki ego masing-masing termasuk aku sendiri. tetapi aku yang tidak ingin jatuh dilubang yang sama. akhirnya menerapkan sistem protect diri sendiri. aku mencoba menguji kawan-kawan baruku di perguruan tinggi. dengan cara itu aku akan tau . mana yang mereka anggap teman baik dan mana yang mereka anggap teman persinggahan. Aku sedikit merahasiakan sesuatu dengan mereka dan selalu dalam pertimbangan untung dan rugi, dengan mereka yang menganggap aku teman mereka, dialah yang mengetahui ilmu itu. jadi ilmu itu proses. proses kita memahami semua itu. dan semua itu dapat terseleksi dengan sendirinya ketika mereka tidak memahaminya. jangan pernah kehilangan teman karena teman yang hilang itu adalah teman yang kamuflase dan Tuhan telah menyingkirkan dari kehidupanmu untuk kebaikanmu. semoga tindakanku ini memberi pengaruh baik terhadap mereka. dan semoga kawan-kawan baikku sekarang mampu menjadi pribadi yang baik dan lebih baik. hanya mereka harapanku. semoga mereka mengamalkan ilmu yang selama ini aku berikan dari waktu ke waktu. karena dengan kesombongan dan keangkuhanlah yang akan menghancurkan seseorang. dan hanya mereka yang mengertilah yang mampu bertahan, bukankah ayat suci ALQUR’AN juga telah mangartikannya, dan mengartikannya pun tidak sembarang orang, karena mereka pilihan, pengartiannya pun tidak hanya secara tersurat, tetapi juga yang tersirat. juga seperti filosofi jawa yang penuh makna yang mendalam. dan inilah yang kusebut dengan ilmu kehidupan antara hitam dan putih di dalam ruang dan waktu. ini mungkin hanya kecil dari kejadian yang ku alami namun secara detil mungkin akan lebih banyak catatan catatan lain yang tidak akan habis untuk menceritakan semuanya. ringkasan ini di buat berdasarkan kisah asli .


Kisah Teman Ke Teman :D

Saturday, August 22, 2015

Ongko Rongko Nguri-Nguri Budaya di Langen Harjo Surakarta

Langen Harjo adalah Harapan


Om Swasti Astu 
Salam Rahayu

Ongko Rongko memiliki banyak kesibukan di bidang kebudayaan sehingga tidak jarang ongkorongko melakukan banyak penelusuran termasuk penelusuran di tanah langen harjo di sukoharjo yang masih memiliki kerabat dengan keraton mataram. pada tanggal 19 qgustus 2015. ongkorongko melakukan ekspedisi sejarah dengan tema Langen Harjo tidak sebatas misteri, Tetapi harapan. penelusuran itu dikarenakan tempat para leluhur yang lebih dekat dengan sang pencipta, tak jarang banyak orang melakukan ritual di tempat tersebut, huallahualam bissowaf, berikut foto-foto yang kita ambil dengan kegiatan ongkorongko, mulai dari diskusi sampai napak tilas.




Diskusi Ringan Dengan Sesepuh


Napak Tilas "Perijinan"


Napak Tilas "Bagian Harapan" Sumur Tua



Istilah Peradaban



Ruang Tidur Raja XI


Kamar Tidur Raja XII


Pangeran Haryo



Prosesi Belajar



Pohon Manggis Kramat 



Kamar Area Dalem Raja X


Mini Galeri



Pendidikan Nguri Nguri Budaya

Om Santi Santi Santi

Thursday, August 13, 2015

Arsitektur Kolonial Belanda

Karakter Arsitektur  Rumah Tinggal  Kolonial  Belanda
            “Arsitektur Kolonial”, sebagai sebuah istilah yang mengacu ke presepsi sejarah sosial, sering menyiratkan aturan dan kekuasaan kolonial-bangunan publik adalah sebuah ekspresi, sebuah symbol intimidasi dan pemaksaan.
            Pengertian karakter sevara umum, yaitu bagian dari suatu objek atau cirri-ciri suatu objek yang menjadi pembeda dari objek lainnya. Karakter dapat memberikan deskripsi fisik maupun nonfisik dengan mengkhususkan pada sifat-sifat, cirri-ciri khusus dan spesifik dari suatu objek, sehingga membuat objek tersebut mudah dikenali (Suryasari, 2003)
            Karakter dari sebuah objek arsitektural merupakan susunan dari keberagaman maupun intensitas cirri-ciri sebuah objek arsiteltural, serangakaian susunan elemen dasar pembentuk objek (missal terdiri dari bentuk, garis, warna, dan tekstur) yang membuat objek tersebut memiliki kualitas khusus yang dapat dibedakan dari objek lain.
            Pengertian karakter di atas lebih sebagai bagian dari karakter visual yang lebih memberikan penekanan kepada cirri-ciri visual yang hasilnya dapat dengan mudah dicerna dengan indera visual seorang pengamat. Pengertian karakter visual dapat dijelaskan sebagai karakter fisik yang dihasilkan oleh keteraturan visual dari pola-pola elemen dasar yang ada di dalamnya.
            Dengan demikian jika elemen-elemen dasarnya adalah  bentuk, garis, warna, dan tekstur, maka karakter visual adalah keteraturan visual dari pola-pola bentuk, garis, warna, dan tekstur. Adanya hubungan timbale balik antara pola-pola elemen dasar tersebut dapat digambarkan hubungannya dengan pengertian dominasi, keragaman, skontinuitas, dan lain-lain (Smardon dalam Suryasari, 2003).
            Karakter visual suatu bangunan dapat dikenali dengan cara menganalisis elemen-elemen visual yang tersusun dalam sebuah rancangan fasadnya. Rancangan fasade yang masih kompleks tersebut dikembalikan kedalam bentuk-bentuk murninya (pure shape) (Amheim dalam Suryasari, 2003). Menurut Smardon dalam Suryasari, 2003, analisis terhadap bangunan dapat dilakukan dengan dua tahap :
1.                  Tahap pertama, dilihat dalam suatu bangunan bagaimana pola-pola yang dibentuk oleh elemen-elemen dasarnya.
2.                  Tahap selanjutnya dengan mencari keterkaitan antar pola-pola tersebut dalam kerangka prinsip pengaturan maupun kesatuannya.
Karakter visual juga dapat diartikan sebagai identitas yang memberikan makna sebagai pembentuk cirri spesifik dari sesutau atau lingkungan. Karakter visual dapat dipandang sebagai keteraturan visual dari adanya pola-pola bentuk, garis, warna, dan tekstur, hubungan timabal antara pola-pola elemen dasar tersebut dapat digambarkan terkait dengan pengertian dominasi, keragaman, kontinuitas dan lain-lain (Satyaningsih, 2000).
Karakter harus mampu member visual secara lengkap sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, sehingga dapat dijabarkan ke dalam kata-kata, gambar. Maupun model tiga dimensi berupa gambar nyata terlihat dalam elemen-elemen pembentuk yang bersifat spesifik. Karakter bangunan sebagai objek arsitektural hendaknya mampu membuktikan melalui deskripsi baik verbal maupun grafis.
Karakter dari suatu karya arsitektur dapat ditemukan dengan melakukan analisis terhadap bangunan. Analisis terhadap bangunan dilakukan dengan dua tahap. Pertama adalah melihat dalam konteks bangunan, bagaimana pola-pola terbentuk oleh elemen dasarnya, dan tahap selanjutnya dengan mencari hubungan antara pola-pola tersebut dalam kerangka prinsip pengaturan maupun kesatuannya.

   Tinjauan Rumah Tinggal di Belanda
Gaya hidup orang-orang Eropa berbeda dengan gaya hidup di Negeri Belanda. Rumah-rumah disana terbuka dan segar, rumah-rumah itu biasanya dibangun agak saling berjauhan dengan pekarangan yang luas, baik di depan maupun di belakang. Dengan hanya satu lantai yang di lengkapi sebuah beranda di depan dan di belakang, ruang tengah yang bessar dengan kamar-kamar di kedua sisi, dan di halaman belakang ada dua sayap bangunan luar yang terhubung dengan rumah utama dengan koridor beratap.
Di kedua bangunan itu kita menemukan kamar pelayan, gudang, kamar mandi, kloset, kandang burung, dan kandang kuda. Dinding rumah, baik di luar maupun di dalam diplester dan dicat putih, sedangkan kaki dinding bagian depan rumah dicat dengan ter batu bara yang berwarna hitam, lantai terdiri atas ubin marmer berwarna merah atau biru, sedangkan lantai semen yang abu-abu atau berwarna sering ditutup dengan anyaman rotan. Terik cahaya matahari ditahan dengan jalusi dan tirai. Pekarangan depan, undakan, dan bagian depan beranda sering dihiasi dengan pot-pot bunga yang dicat putih atau merah

 Karakter Arsitektur Kolonial Belanda
Pada bangunan colonial Belanda terdapat karakter yang mempengaruhi tampilan fasade, karakter tersebut dapat dilihat dari beberapa elemen-elemen yang biasa digunakan sebagai pendukung fasade (Handinoto 1996 : 165-177), antara lain :
1.                  Gable/Gavel
Terletak pada bagian depan atau tampak bangunan, memiliki bentuk segitiga atau yang mengikuti bentuk dari atap bangunan itu sendiri.
2.                  Tower/Menara
Memiliki bentuk yang sangat beragam, mulai dari bentuk kotak segi empat, segi enam, bulat, hingga bentuk-bentuk geometris lainnya, dan beberapa di antara memadukanya denga gevel/depan. Tower/Menara biasanya berfungsi sebagai penanda pintu masuk bagian depan bangunan.
3.               Nok Acroteire/Hiasan Puncak Atap
Hiasan puncak atap biasanya digunakan pada rumah-rumah para petani di Belanda.
Pada awalnya di Negara Belanda hiasan puncak atap menggunakan alang-alang, namun di daerah Hindia Belanda hiasan ini dibuat menggunakan semen.
4.               Dormer/Cerobong Asap Semu
Memiliki fungsi untuk penghawaan dan pencahayaan pada bangunan. Memiliki bnetuk yang menjulang tinggi keatas, dormer di Negara aslinya, Belanda, biasanya digunakan sebagai ruang atau cerobong asap perapian.
5.               Windwijer/Penunjuk Angin
Berfungsi sebagai penunjuk arah angin, biasanya diletakan di atas nok dan dapat berputar mengikuti arah angin.
6.               Ballustrade
Memiliki fungsi sebagai pagar pembatas balkon, ataupun dek bangunan. Biasanya terbuat dari beton cor ataupun dari bahan metal.


Arsitektur Kolonial Belanda di Surabaya
Surabaya, sebagai kota kolonial memiliki pusaka budaya berupa bangunan-bangunan kolonial yang bertebaran di seluruh penjuru kota. Kebutuhan fisik yang paling elelmenter pada setiap manusia ialah perlindungan terhadap pengaruh  iklim dan terhadap gangguan  keamanan agar  ia dapat tidur, makan, dan beristirahat dengan tenang. Sedangkan kebutuhan psikis yang primer adalah kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan yang tetap serta lingkungan yang sehat dan nyaman. Untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut, manusia membutuhkan sebuah tempat tinggal atau rumah.         
Sebagian besar bangunan kolonial yang ada di Kota Surabaya ini dibangun antara tahun 1915 - 1930. Dengan melakukan aplikasi terhadap gaya arsitektur kolonial modern setelah tahun 1920-an di Hindia Belanda yang  pada waktu itu sering disebut sebagai gaya ”Nieuwe Bouwen”, disesuaikan dengan iklim lokal dan teknik bangunan di Hindia Belanda waktu itu.

Gaya arsitektur  yang menonjol dengan ciri-ciri seperti : gevel horisontal, volume bangunan yang berbentuk kubus, warna putih, atap bangunan datar, tidak terdapat ornamen, rectangular spaces ruang dengan bentukan persegi panjang, adanya sudut-sudut bundar. Jadi sebagian gedung-gedung kolonial yang ada di Malang umurnya rata-rata kurang lebih baru 60 tahun.

Monday, April 20, 2015

Eksistensi Kaos Ongko Rongko sebagai Penggagas Kaos Sejarah




Ongko Rongko
Ongko Rongko berawal dari sebuah komunitas tongkrongan yang lahir dari Glass Box Indonesia. Tongkrongan berawal dari ide tentang kehidupan masing-masing yang ingin mengetahui sejarah daerah masing-masing, maka terciptalah ide tentang pencarian literatur dalam menemukan cerita tersebut,
 Dengan memudahkan mengenang cerita tersebut maka komunitas tongkrongan ini membuat suatu karya visual guna menceritakan peristiwa sejarah.
Ongko Rongko sendiri lahir dari sebuah filosofis bermakna kekuatan dan daya, dengan maksud keanggotaan yang berada dalam Ongko Rongko memiliki tujuan untuk memajukan daerah-daerah yang tergambarkan oleh Ongko Rongko sehingga memberikan kekuatan dan daya atau dorongan kepada setiap orang yang menghargai karya ongko rongko, orang lain akan bangga terhadap kekuatan dan perjuangan leluhur nusantara dalam menghadapi gejolak kehidupan yang mampu menjadi motivasi terhadap bangsa Indonesia di masa sekarang yang aspek nilai keemasannya mulai di rebut bangsa asing sekarang ini.
Filosofi Hakiki ongko rongko sendiri adalah:
Ongko dalam bahasa jawa adalah Angka dalam bahasa Indonesia, memiliki arti bilangan bilangan.
Rongko dalam bahasa jawa adalah kerangka dalam bahasa Indonesia, memiliki arti pondasi dan konstruksi.
Pengertiannya yaitu bilangan bilangan yang mampu menjadi pondasi adalah langkah untuk membuat kekuatan, dengan maksud seperti pepatah “bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”. Ongko rongo lahir karena kepercayaan sahabat, kedekatan teman dan persaudaraan. Sehingga pondasi itu akan kuat apabila bilangan-bilangan itu saling menguatkan dan bersatu. Semakin kita bersatu maka akan semakin kuat pula ikatan persaudaraan kita. Dan sekaligus sebagai sindiran tentang bangsa ini terhadap terkikisnya Pluralisme bangsa di masa sekarang. Bukankah sudah di contohkan sebagaimana Raja Majapahit Bre Brawijaya yang terbuka terhadap siapa pun itu. Dan Presiden ke-3 Bangsa ini yang menyatukan kembali Negara yang hampir hancur akibat bangsanya sendiri.
Filosofi Makna Ongko Rongko adalah:
Ongko Rongko adalah sebuah filosofis makna Keris dalam kebudayaan jawa, dengan maksud warongko adalah sebuah nama sarung Tosan Aji dalam bagian keris dengan arti sebagai tempat bersarangnya tosan Aji. Artinya adalah Warongko atau Rongko itu sebagai wadah dalam melakukan kegiatan berkarya. Dalam sebuah nilai filosofis makna ini erat hubungannya dengan tindakan. Ketika rongko itu sebagai wadahnya dan orang-orang di dalamnya berarti ongkonya, dalam hal ini orang-orang di dalamnya memiliki tindakan yang dapat di pertanggung jawabkan tanpa harus memperlihatkan jati dirinya dalam bahasa jawa “ilmu Pari iku dingkluk” (Ilmu Padi yang tertunduk) artinya tidak sombong ataupun takabur. Seperti halnya warongko yang menyembunyikan Tosan Ajinya, sehingga tidak terlihatpun berapa panjang Tosan Ajinya, dan berapa Luk Tosan Aji itu. Yang jelas ketika Tosan Aji yang di keluarkan dalam Rongkonya akan sangat amat berbahaya bagi orang lain.
Slogan Ongko Rongko yang menggetarkan:
Dalam perjalanan Ongko Rongko, Ongko Rongko berusaha melakukan pendekatan dari segi aspek pengetahuan sejarah daerah. Dan ongko rongko lahir di tanggal 27 Februari 2015. Maka slogan yang bersama ongko rongko adalah kalimat susunan sengkala CONDRO SENGKOLO yaitu:
“ WULANG GUNO BEDHAHING JAGAT”
Condro sengkolo diatas adalah sebagai slogan ongko rongko dengan arti: pengetahuan dapat membongkar alam semesta.
Condro sengkolo diatas juga sebagai penanda bahwa nama Ongko Rongko dilahirkan adalah 1937 CAKA yang berarti 2015 Masehi.

Wulang adalah pengetahun yang berarti angka 7, Guno adalah dapat yang berarti 3, Bedhahing adalah membongkar yang berarti 9, dan Jagat adalah Alam Semesta yang berarti memiliki arti Tunggal yaitu 1. Maka terkumpullah 7391. Aturan dalam condro sengkolo adalah membacanya dengan terbalik untuk mendapatkan tahun SAKA/CAKA. Tersusunlah 1937 Caka. Untuk mengubahnya menjadi Masehi, maka perlu menambahkan 78, karena 1 Saka adalah 78 Masehi.

Sumber:
http://ongkorongko.blogspot.com/

Sunday, March 22, 2015

Keraton Kalinyamat







……..Om SwastiAstu……..

peta kekuasaan berdirinya keraton di jepara


Jepara dan  Kerajaan Ratu Kalinyamat
Nama asli Ratu Kalinyamat adalah Retna Kencana, puteri Trenggana, raja Demak (1521-1546). Pada usia remaja ia dinikahkan dengan Pangeran Kalinyamat.
Pangeran Kalinyamat berasal dari luar Jawa. Terdapat berbagai versi tentang asal-usulnya. Masyarakat Jepara menyebut nama aslinya adalah Win-tang, seorang saudagar Tiongkok yang mengalami kecelakaan di laut. Ia terdampar di pantai Jepara, dan kemudian berguru pada Sunan Kudus.
Versi lain mengatakan, Win-tang berasal dari Aceh. Nama aslinya adalah Pangeran Toyib, putera Sultan Mughayat Syah raja Kesultanan Aceh (1514-1528). Toyib berkelana ke Tiongkok dan menjadi anak angkat seorang menteri bernama Tjie Hwio Gwan. Nama Win-tang adalah ejaan Jawa untuk Tjie Bin Thang, yaitu nama baru Toyib.
Win-tang atau Sultan Hadlirin atau Pangeran Kalinyamat (putra kedua raja Muchayat Syah (Aceh) yang pernah didaulat menjadi raja menggantikan ayahanda dengan senang hati dilimpahkan kepada kakaknya Raden Takyin. Meski demikian, sebagai gantinya ia pernah menjadi raja di Jepara sehingga berjuluk Sultan Hadlirin adalah raja pendatang) dan ayah angkatnya kemudian pindah ke Jawa. Di sana Win-tang mendirikan desa Kalinyamat yang saat ini berada di wilayah Kecamatan Kalinyamatan, sehingga ia pun dikenal dengan nama Pangeran Kalinyamat. Ia berhasil menikahi Retna Kencana putri Sultan Trenggana (Raja Demak), sehingga istrinya itu kemudian dijuluki Ratu Kalinyamat. Sejak itu, Pangeran Kalinyamat menjadi anggota keluarga Kerajaan Demak dan memperoleh gelar Pangeran Hadiri.
Pangeran dan Ratu Kalinyamat memerintah bersama di Jepara. Tjie Hwio Gwan, sang ayah angkat, dijadikan patih bergelar Sungging Badar Duwung, yang juga mengajarkan seni ukir pada penduduk Jepara.
Ratu kalinyamat adalah putri sultan trenggono, bukti dari sebuah garis keturunan kesultanan yang bertahta di demak bintoro dengan sah di abad 15. Peranan ratu kalinyamat adalah sebagai putri bangsawan yang memiliki daerah di jepara yang dikenal dengan nama ujung muara kemudian menjadi jumpara dan japara. Transisi sebuah nama yang memiliki arti persinggahan bagi para pedagang dan pelaku navigasi di tanah jawa yang sampai di pantai utara jepara.
Asal nama Jepara berasal dari perkataan Ujung Para, Ujung Mara dan Jumpara yang kemudian menjadi Jepara, yang berarti sebuah tempat pemukiman para pedagang yang berniaga ke berbagai daerah. Menurut buku “Sejarah Baru Dinasti Tang (618-906 M) mencatat bahwa pada tahun 674 M seorang musafir Tionghoa bernama I-Tsing pernah mengunjungi negeri Holing atau Kaling atau Kalingga yang juga disebut Jawa atau Japa dan diyakini berlokasi di Keling, kawasan timur Jepara sekarang ini, serta dipimpin oleh seorang raja wanita bernama Ratu Shima yang dikenal sangat tegas. Jepara baru dikenal pada abad ke-XV (1470 M) sebagai bandar perdagangan yang kecil yang baru dihuni oleh 90-100 orang dan dipimpin oleh Aryo Timur dan berada dibawah pemerintahan Demak. Kemudian Aryo Timur digantikan oleh putranya yang bernama Pati Unus (1507-1521). Pati Unus mencoba untuk membangun Jepara menjadi kota niaga. Pati Unus dikenal sangat gigih melawan penjajahan Portugis di Malaka yang menjadi mata rantai perdagangan nusantara. Setelah Pati Unus wafat digantikan oleh ipar Faletehan / Fatahillah yang berkuasa (1521-1536). Kemudian pada tahun 1536 oleh penguasa Demak yaitu Sultan Trenggono (kesultanan keturunan ke tiga Demak Bintoro), Jepara diserahkan kepada anak dan menantunya yaitu Ratu Retno Kencono dan Pangeran Hadirin (suami). Namun setelah tewasnya Sultan Trenggono dalam Ekspedisi Militer di Panarukan Jawa Timur pada tahun 1546, timbulnya geger perebutan tahta kerajaan Demak yang berakhir dengan tewasnya Pangeran Hadiri oleh Aryo Penangsang (murid kesayangan Sunan Kudus, dimana Sunan Kudus yang mendorong dan mensuport kegiatan Balas Dendam yang dilakukan Aryo Panangsang kepada Sunan Prawoto/kakak Ratu Kalinyamat dan Sunan Hadiri/Suami Ratu Kalinyamat serta perencanaan pembunuhan kepada Sultan Hadiwijaya/ Jaka Tingkir/ Raja Pajang/ Adik Ipar Ratu Kalinyamat tetapi akibat kesaktian Jaka Tingkir, Pembunuhan Jaka Tigkir tidak berhasil) pada tahun 1549.
Pada tahun 1549 Sunan Prawata raja keempat Demak mati dibunuh utusan Arya Penangsang, sepupunya yang menjadi bupati Jipang. Ratu Kalinyamat menemukan keris Kyai Betok milik Sunan Kudus menancap pada mayat kakaknya itu. Maka, Pangeran dan Ratu Kalinyamat pun berangkat ke Kudus minta penjelasan.
Sunan Kudus adalah pendukung Arya Penangsang dalam konflik perebutan takhta sepeninggal raja Trenggana (1546). Ratu Kalinyamat datang menuntut keadilan atas kematian kakaknya. Sunan Kudus menjelaskan semasa muda Sunan Prawata pernah membunuh Pangeran Sekar Seda Lepen ayah Arya Penangsang, jadi wajar kalau ia sekarang mendapat balasan setimpal.
Ratu Kalinyamat kecewa atas sikap Sunan Kudus. Ia dan suaminya memilih pulang ke Jepara. Di tengah jalan, mereka dikeroyok anak buah Arya Penangsang. Pangeran Kalinyamat tewas. Konon, ia sempat merambat di tanah dengan sisa-sisa tenaga, sehingga oleh penduduk sekitar, daerah desa Prambatan.





 
Menurut cerita. Selanjutnya dengan membawa Pangeran Kalinyamat, Ratu Kalinyamat meneruskan perjalanan sampai pada sebuah sungai dan darah yang berasal dari Pangeran Kalinyamat menjadikan air sungai berwarna ungu, dan kemudian dikenal daerah tersebut dengan nama Kaliwungu. Semakin ke barat, dan dalam kondisi lelah, kemudia melewati Pringtulis. Dan karena lelahnya dengan berjalan sempoyongan (moyang-moyong) di tempat yang sekarang dikenal dengan nama Mayong. Sesampainya di Purwogondo, disebut demikian karena di tempat inilah awal keluarnya bau dari jenazah yang dibawa Ratu Kalinyamat, dan kemudia melewati Pecangaan dan sampai di Mantingan.




 Kematian orang-orang yang dikasihi membuat Ratu Retno Kencono sangat berduka dan meninggalkan kehidupan istana untuk bertapa di bukit Danaraja (bukit di sebelah utara kota Jepara) Ratu Kalinyamat tidak akan turun dari pertapaannya setelah keset rambut atau menginjak kepala dan keramas getih atau darah dari aryo panangsang  dan mendesak Hadiwijaya atau jaka tingkir untuk menumpas arya panangsan karena ilmunya setara dengan Aryo Panangsang, tetapi Hadiwijaya enggan membunuh saudara seperguruannya dari Sunan Kudus, maka di buatlah sayembara oleh Jaka Tingkir untuk menumpas aryo panangsang dengan hadiah tanah pati dan mentaok (mataram) Ratu Kalinyamat Sendiri Menghadiahi seluruh harta Kekayaannya kepada Jaka Tingkir. Dengan demikinan setelah tahta kerajaan di Demak Lengser maka Tahta berlanjut Di Tanah Kalinyamat tetapi pemerintahan di Astana Mantingan sebelum Pindah Ke Tanah Pajang yang di Pimpin Hadiwijaya. Dengan bujukan Ki Juru Martani maka Ki Ageng Pamanahan dan anaknya Sutawijaya serta Ki Penjawi mendaftar . Setelah terbunuhnya Aryo Penangsang oleh Sutowijoyo (sebagai senopati atau raja pertama yang memerintah kerajaan mataram islam di kota gedhe jogjakarta setelah keruntuhan kerajaan pajang), Ratu Retno Kencono bersedia turun dari pertapaan dan dilantik menjadi penguasa Jepara dengan gelar NIMAS RATU KALINYAMAT. Pada era Kesultanan Pajang. Kematian Aryo Panangsang Terbilang tragis dengan Usus terurai dan kepotong pusakanya sendiri “Setan Kober” dengan begitu punya trend sendiri dalam berbusana pengantin. Sepertihalnya pengantin laki-laki yang memakai karangan bunga melati pada kerisnya yang mengibaratkan usus arya panangsan yang terurai.
Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1549-1579),Jepara berkembang pesat menjadi Bandar Niaga utama di Pulau Jawa, yang melayani eksport import. Disamping itu juga menjadi Pangkalan Angkatan Laut yang telah dirintis sejak masa Kerajaan Demak. Sebagai seorang penguasa Jepara, yang gemah ripah loh jinawi karena keberadaan Jepara kala itu sebagai Bandar Niaga yang ramai, dengan sekala internasional.




 gambar diambil setelah riset di sunda kelapa museum bahari Jakarta. dimana saudara Kalinyamat fatahillah memerangi Portugis di Sunda kelapa. itulah kira-kira bentuk kapal yang pernah menjadi kejayaan Ratu Kalinyamat


Menurut bukunya Gustami Sp 1999 Terbitan Kanisius Yogyakarta:
Wintang yang berganti Nama menjadi Sunan Hadiri, adalah seorang komandan mariner dari cina yang terdampar di pantai utara jawa. Dengan bantuan Sunan Kudus, ia dapat memasyarakat dan berhasil mengembangkan industry perkapalan sehingga menjadi kaya. Atas keberhasilan itu , kemudian ia diambil menantu Sultan Trenggono Demak dan di jodohkan dengan Ratu Kalinyamat, Perkawinan sunan Hadirin dengan Ratu alinyamat Merupakan Bukti bahwa percampuran darah antara penduduk pribumi dengan orang asing telah berlangsung lama. Perkawinan seperti itu sudah lama terjadi di kalangan bangsawan di jawa dengan yang bersangkutan telah memeluk islam.
Pada zaman pemerintahan Ratu Kaliyamat, jepara telah berkembang menjadi kota pelabuhan penting. Menurut chrieke, pelabuhan Jepara merupakan pelabuhan yang baik bagi dunia pelayaran karena mampu menampung kapal besar bermuatan dua ratus ton atau lebih. Bersamaan dengan perkembangan pelabuhan itu, juga dikembangkan unit usaha industry galangan kapal. Pada abad ke- 16 , industry galangan kapal di jawa sangat terkenal di asia tenggara. Keahlian arsitek kapal jawa juga sangat terkenal. Atas keahlian mereka itu, pada tahun 1512 Albuguerque membawa 60 tukang yang cakap dari jawa untuk memperbaiki kapal-kapal Portugis yang rusak di daratan pantai india. Berita lain dari orang-orang belanda yang pertama kali datang di indoonesia menyatakan, bahwa lasem merupakan Pusat Industri Galangan Kapal. Kapal-kapal buatan Lasem itu merupakan produk ekspor yang sangat penting. Sehubungan dengan peran jepara sebagai pelabuhan yang baik dan aman untuk berlabuhnya kapal- kapal niaga besar , dan juga untuk menunjang aktivitas dan ekspedisi militer, maka kebutuhan kapal menjadi meningkat. Oleh Karena itu Ratu Kalinyamat bersama Suaminya membangun dan mengembangkan industry galangan kapal besar-besaran yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Tenaga tersebut melibatan Arsitek, Tukang kayu dan para pekerja kasar, yang dipimpin langsung oleh sunan Hadirin dan Ratu Kalinyamat. Dengan demikian masa pemerintahan ratu kalinyamat dapat dinyatakan sebagai periode penting, yaitu periode pertumbuhan dan perkembangan dalam bidang industry pertukangan. Pada zaman Indonesia - Hindu terkenal bermacam-macam apal yang dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yakni kapal lesung, kapal besar tidak bercadik, dan kapal besar yang mempunyai cadik. Pada masa pemeintahan ratu kalinyamat dinyatakan penting bagi  pertumbuhan industry, karena kegiatan pertukangan pada waktu itu merupakan rangkaian proses tak terpisah bagi terbentuknya industry pertukangan di jepara yang kelak merubah menjadi industry mebel ukir.
Berdasarkan pernyataan Graf dan Pigeaud, dapat disimpulan bahwa, kejayaan jepara sebagai kota pelabuhan dapat disetarakan dengan tuban dan kahuripan di delta sungai brantas. Tersohornya pelabuhan jepara sejalan dengan tersohornya bangsa Indonesia yang sejak lama telah dikenal sebagai bangsa bahari. Pada masa pemerintahan ratu kalinyamat, kegiatan itu telah menjadi usaha industry perkapalan yang sangat besar dan maju. Kemajuannya tidak terbatas pada terpenuhinya tujuan –tujuan transportasi di bidang perniagaan saja, tetapi juga untuk mendukung kegiatan militer. Kesibukan Bandar dan pembuatan galangan kapal di jepara telah member peluang terserapnya angkatan kerja serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Sunan hadiri yang memiliki pengalaman panjang sebagai mariner dan ahli di bidang pembuatan kapal mempunyai pegaruh besar terhadap pengembangan tenaga tehnik. Perkawinannya dengan ratu Kalinyamat telah memacu pemekaran keahlian dibidang pertukangan dan pembuatan kapal di kalangan penduduk pribumi. Usaha itu sekaligus menunjukkan masuknya pengaruh cina di Indonesia melalui pembauran tenaga tehnik. Bidang keahlian dan keterampilan mengerjakan kayu di sekitar Bandar jepara menjadi berkembang pesat. Jepara mungkin menjadi kota yang lebih tua jika dibandingkan dengan semarang.




   Ratu Kalinyamat dikenal mempunyai jiwa patriotisme anti penjajahan. Hal ini dibuktikan dengan pengiriman armada perangnya ke Malaka guna menggempur Portugis pada tahun 1551 dan tahun 1574. Cerita tentang Ratu Kalinyamat memang tidak berakhir dengan digelari duchesse atau lord dari Kerajaan Inggris Raya, tetapi namanya ditulis Diego de Couto menyebutnya dalam sejarah Portugis dengan julukan yang menggetarkan hati: ”Rainha de Jepara, Senora Pade Rosa e Rica” (Ratu Jepara yang penuh kekuatan dan kekuasaan). Orang  Portugis menjulukinya sebagai De kranige dame yaitu seorang wanita yang pemberani.  Sungguh sifat berani Ratu Kalinyamat ini jarang ditemui pada diri perempuan ningrat Jawa lainnya. Keberanian Ratu Kalinyamat  diakui baik oleh kawan maupun lawan. Serangan sang Ratu yang gagah berani ini melibatkan hampir 40 buah kapal jung jawa yang berisikan lebih kurang 5.000 orang prajurit. Namun serangan ini gagal, ketika prajurit Kalinyamat ini melakukan serangan darat dalam upaya mengepung benteng pertahanan Portugis di Malaka, tentara Portugis dengan persenjataan lengkap berhasil mematahkan kepungan tentara Kalinyamat. Namun semangat Patriotisme sang Ratu tidak pernah luntur dan gentar menghadapi penjajah bangsa Portugis, yang di abad 16 itu sedang dalam puncak kejayaan dan diakui sebagai bangsa pemberani di Dunia. Dua puluh empat tahun kemudian atau tepatnya Oktober 1574, sang Ratu Kalinyamat mengirimkan armada militernya yang lebih besar di Malaka. Ekspedisi militer kedua ini melibatkan 300 buah kapal diantaranya 80 buah kapal jung besar berawak 15.000 orang prajurit pilihan. Pengiriman armada militer kedua ini di pimpin oleh panglima terpenting dalam kerajaan yang disebut orang Portugis sebagai “Quilimo atau Quilidamao”. Di akhir hayat Ratu kalinyamat juga pernah membantu orang-orang bugis mengusir portugis . coba renungkan, betapa besarnya pengaruh Ratu Kalinyamat terhadap nama Besar Jawa.

Perang Antara JAWA dan Portugis Tidak Terelakan di Malaka

 

Walaupun akhirnya perang kedua ini yang berlangsung berbulan-bulan tentara Kalinyamat juga tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka, namun telah membuat Portugis takut dan jera berhadapan dengan Raja Jepara ini, terbukti dengan bebasnya Pulau Jawa dari Penjajahan Portugis di abad 16 itu. Sebagai peninggalan sejarah dari perang besar antara Jepara dan Portugis, sampai sekarang masih terdapat di Malaka komplek kuburan yang di sebut sebagai Makam Tentara Jawa. Selain itu tokoh Ratu Kalinyamat ini juga sangat berjasa dalam membudayakan SENI UKIR yang sekarang ini jadi andalan utama ekonomi Jepara yaitu perpaduan seni ukir Majapahit dengan seni ukir Patih Badarduwung yang berasal dari Negeri Cina. Menurut catatan sejarah Ratu Kalinyamat wafat pada tahun 1579 dan dimakamkan di desa Mantingan Jepara, di sebelah makam suaminya Pangeran Hadirin. Mengacu pada semua aspek positif yang telah dibuktikan oleh Ratu Kalinyamat sehingga Jepara menjadi negeri yang makmur, kuat dan mashur maka penetapan Hari Jadi Jepara yang mengambil waktu beliau dinobatkan sebagai penguasa Jepara atau yang bertepatan dengan tanggal 10 April 1527 ini telah ditandai dengan Candra Sengkala TRUS KARYA TATANING BUMI (candra sengkala adalah istilah untuk penanda tahun, dengan maksud Trus adalah sesuatu yang terpenuhi berarti 9, Karya adalah sesuatu yang berarti membuat tidak lain bermakna 4, Tataning adalah maksud untuk membuat yang berarti pula 4, yang terakhir adalah Bumi sesuatu yang memiliki arti tunggal adalah 1, dengan demikian terkumpul angka 9441. Dalam aturan membaca candra/surya sengkala adalah membacanya terbalik seperti 1449 Caka, untuk merubah Saka ke Masehi di tambah dengan 78, sehingga memperoleh 1527 M) atau terus bekerja keras membangun daerah. Sengkala Memet berasal dari Daratan India  dan sampai di Nusantara dipakai di daerah Jawa, Sumatra, Bali dan Jambi. 

Ratu Kalinyamat tidak mempunyai anak, oleh itu kemenakannya  yang dijadikan anak angkat, bernama Pangeran Jepara (anak Sultan Maulana Hasanudin dari Kesultanan Banten), menggantikannya sebagai penguasa Jepara. Pangeran, yang diberitakan pernah berusaha menduduki tahta Banten dan berhasil menduduki Bawean ini, berkuasa sampai tahun 1599. Kekuasaannya berakhir karena pasukan Panembahan Senopati dari Mataram datang menyerbu. Jepara diduduki dan kota Kalinyamat dihancurkan. Tidak ada kabar mengenai nasib keluarga penguasa dan orang-orang penting Jepara waktu itu. Sejak saat itu pula Jepara dipimpin oleh pejabat setingkat bupati yang ditunjuk oleh Kesultanan Mataram.
Ratu Kalinyamat meninggal dunia pada tahun 1579. Ia dimakamkan disamping makam suaminya, Sunan Hadiri. Makam mereka terletak di Desa Mantingan   Kecamatan Tahunan, 5 km kearah selatan dari pusat kota Jepara. Semasa hidupnya, Ratu Kalinyamat membesarkan tiga orang pemuda, yaitu:
Pangeran Timur Rangga Jumena: Yang pertama adalah adiknya, yaitu Pangeran Timur Rangga Jumena putera bungsu Trenggana yang kemudian menjadi bupati Madiun.
Arya Pangiri: Yang kedua adalah keponakannya, yaitu Arya Pangiri, putra Sunan Prawata yang kemudian menjadi bupati Demak
Pangeran Arya Jepara :Sedangkan yang ketiga adalah sepupunya, yaitu Pangeran Arya Jepara putra Ratu Ayu Kirana (adik Sultan Trenggono).
Ayah Pangeran Arya Jepara adalah Maulana Hasanuddin raja pertama Banten. Ketika Maulana Yusuf raja kedua Banten meninggal dunia tahun 1580, putra mahkotanya masih kecil. Pangeran Arya Jepara berniat merebut takhta. Pertempuran terjadi di Banten. Pangeran Jepara terpaksa mundur setelah ki Demang Laksamana, panglimanya, gugur di tangan patih Mangkubumi Kesultanan Banten. Ayah Pangeran Arya Jepara adalah Maulana Hasanuddin raja pertama Banten. Ketika Maulana Yusuf raja kedua Banten meninggal dunia tahun 1580, putra mahkotanya masih kecil. Pangeran Arya Jepara berniat merebut takhta. Pertempuran terjadi di Banten. Pangeran Jepara terpaksa mundur setelah ki Demang Laksamana, panglimanya, gugur di tangan patih Mangkubumi Kesultanan Banten. pada masa pemerintahan Pangerang Jepara ini terjadi pemberontakan di Pajang oleh Mataram yang berakhir dengan kekalahan pihak Pajang. Sehinnga pemberontakan ini terjadi pada tahun 1578 mengakibatkan keruntuhan Kesultanan Pajang.
Dua belas tahun kemudian, tiba giliran Jepara di serang bala tentara Mataram. Agaknya kali ini Jepara keteteran membendung serangan Mataram yang dahsyat. Karena Pangeran Arya Jepara sendiri meninggalkan Jepara untuk membesuk ayahnya yaitu Maulana Hasanuddin. Maka tak ayal lagi, Kalinyamat yang merupakan ibukota Kerajaan Jepara bernasib serupa dengan ibukota Kesultanan Pajang yang berada di Pajang. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1599 M yang meruntuhkan kekuasaan Kerajaan Kalinyamat yang di kenal dengan sebutan Bedhahe Kalinyamat.
Sampai saat ini makamnya berdiri dengan megah dan menjadi salah satu obyek wisata di Jepara. Nama Ratu Kalinyamat tetap melekat erat di hati penduduk Jepara. Bahkan salah satu kecamatan di Jepara  bernama Kecamatan Kalinyamatan. Kecamatan ini merupakan bekas kerajaan Ratu Kalinyamat. Di kecamatan Kalinyamatan masih terlihat peninggalan sejarah berupa tembok-tembok kokoh yang dahulunya adalah benteng kerajaan.

Kerajaan Kalinyamat.
Dalam kisah kerajaan jepara memiliki dua kerajaan atau siti inggil pemerintahannya, antara lain:
·         Keraton Kalinyamat, di Kriyan
Letak Kerajaan Kalinyamat menurut cerita keratonya terdapat di dekat dengan Laut itu terbukti dengan ditemukan Siti Inggil/ Bekas Keratonya di Desa Kriyan yang tidak jauh dari dua Desa yang dahulunya adalah laut/teluk yaitu Desa Teluk Kulon dan Desa Teluk Wetan. Meski kini tidak kelihatan bahwa Desa Teluk Kulon dan Desa Teluk Wetan bekas laut tetapi jika tanah kedua desa tersebut digali hingga 3 meter akan ditemukan batu karang, pasir laut, hingga kerang-kerang laut maka terbukti bahwa desa ini bekas laut/teluk. Hal itu terjadi kepada setiap warga Desa Teluk Wetan dan Desa Teluk Kulon setiap membuat sumur pasti menemukan pasir laut, kerang-kerang laut, hingga batu karang laut.

 Dugaan Hipotesis yang dibenarkan dari literatur, arah letak kerajaan berada

Lokasi keraton Kalinyamat tepat dibelakang SMP Sultan Agung Krian Kalinyamatan


Kanjeng Ratu Kalinyamat atau Retno Kencono, lahir rabu pahing, Romadlon 1514. Putri dari Kanjeng Sultan Trenggono,Sultan Demak (1504-1546) dengan Roro Purbayan. Retno Kencono diberi kekuasaan memimpin Jepara pada Tanggal 10 April 1527 (TrusKaryo Tataning Bumi) karena diberi Amanat oleh Faletehan yang akan pergi menyerang Portugis di Sunda Kelapa yang akhirnya menjadi Sultan disana 22 Juni 1527. Retno Kencono juga resmi disyahkan oleh Kanjeng Sultan Trenggono, ayahnya. Sehingga pada 1 Juni 1527 dimulai pembuatan Keraton di Kalinyamatan, Jepara. Pada 12 Agustus 1527 Retno Kencono melantik Pejabat Keratonnya. Tahun 1528 Kanjeng Ratu Kalinyamat pergi ke Cirebon. Disana bertemudengan perempuan yang sangat sakti dengan aliran Tauhid Hakikat ‘’Manunggaling Kawulo Gusti’’. Perempuan asal Aceh keturunan Mesir, yang bernama Nur Hasnah, berjuluk Syeh Siti Jenar, dengan rambut bersanggul di atas kepala dan berkerudung warna kuning Emas banyak disangka sebagai rambut jenggot seorang laki-laki. Keraton Kalinyamat menghadap ke timur dengan 3 Pintu Gerbang, yaitu:
1.   Pintu Gerbang pertama saat ini berada di perbatasan Jepara Kudus, berupa hutan sampaike pintu kedua.
2.   Pintu Gerbang kedua berupa dua pohon pisang kembar yang saat ini berada di Desa Gedangan, berupa tanah lapang sampai pintu Gerbang ketiga. Disitu hanya tersedia 2 kursi tamu, dan seekor macan Klawuk.
3.   Pintu Gerbang ketiga, saat ini berada di Desa Kriyan Langsung menuju Siti Inggil Kriyan saat ini berada di belakang SMP Islam Sultan Agung 3 Kalinyamatan, sebagai tempat penerimaan tamu. Di bagian belakang Istana digunakan sebagai tempat berdakwah Kanjeng Syeh Siti Jenar dalam menyebarkan Tauhid Hakikat. Dan Kanjeng Ratu Kalinyamat adalah murid kesayangan Syeh Siti Jenar. Kanjeng Ratu Kalinyamat sangat menyukai kerudung warna merah.
Sebagai seorang yang beraliran Tauhid Hakikat. Kanjeng Ratu Kalinyamat mejadikan Istananya hanya dihuni perempuan. Patih yang bernama Sri Rahayu Anjani. Panglima Perang, Sri Rekso Arum. Juru masak, Sri Anjani Kerto Rahayu. Algojo, Sri Endang Lesmono. Telik Sandi, Rinjani. Dayang Retno Dumilah, Roro Sumangkin. Guru spiritual, Syeh Siti Jenar. Cuma telik Sandi Panji Lanang, satu-satunya pria. Namun kerjanya di luar Gerbang Keraton. Hewan-hewan peliaraan keraton hampir semuanya jantan. Ada harimau tunggangan bernama Penggolo. Burung Garuda Emas, Kera Surya kencono, Tikus Piti, Kidang Kencana, Naga Kencana, Kerang Cangkang Wojo, Keong Buntet, dan ditambah lagi Bunga Kenanga Putih kesukaan Kanjeng Ratu Kalinyamat. Kedelapan hewan dan ditambah satu Bunga Kenanga Putih, dilambangkan dengan adanya Tundan Songo. Tundan Songo saat ini adalah tangga masuk menuju Astana Mantingan.
Peninggalan yang sifatnya fisik terkait dengan perkembangan sejarah Kerajaan Kalinyamat sebagai Kota Pelabuhan ada dua macam yaitu yang bersifat bangunan, maupun yang sifatnya toponim berupa pemukiman atau kelompok masyarakat. Artefak di masa lampau yang sangat berhubungan dengan sejarah Jepara antara lain:


Kraton Kalinyamat









 gambar bekas Siti Inggil dan lingkungannya berdasarkan cerita sejarah dan masyarakat kalinyamat


Kerajaan Kalinyamat merupakan sebuah kerajaan yang berasal terdapat di Jepara, Dahulunya Kalinyamat dan Jepara merupakan sebuah Kadipaten bawahan dari Kerajaan Demak, tetapi karena ketika Kerajaan Demak di pimpin Sunan Prawoto dan Arya Penangsang membunuh Sultan Hadlirin, Maka Wilayah Kalinyamat dan Jepara mendirikan Kerajaan sendiri dengan wilayah kekuasaan Kerajaan Kalinyamat meliputi Jepara, Kudus, Pati, Juwana, Rembang, Mataram. Sedangkan Tanah Pati dan Hutan Mentaok (Mataram) di buat sayembara untuk siapa saja yang berhasil membunuh Arya Penangsang. Tembok bentengnya membentang di beberapa desa, meliputi Purwogondo, Margoyoso, Kriyan, Bakalan, Robayan dan pusat Kraton / Siti Inggil di Kriyan, kerajaan Kalinyamat terdapat di daerah Kalinyamatan.
Di samping itu P.J. Veth memperoleh temuan penting dari berita Portugis mengenai "Cerinhama" atau "Cherinhama" yang disebut sebagai ibukota sebuah kerajaan laut atau kota pelabuhan Jepara yang terletak 3 mil atau kira-kira 12,5 pal ke pedalaman. Di tempat itu lah letak reruntuhan kraton Kalinyamat yang menjadi tempat kedudukan atau peristirahatan Ratu Jepara. (Veth III, 1882 : 762).

Kraton Kalinyamat merupakan tempat tinggal Ratu Kalinyamat yang dulunya terkenal sebagai tempat bertirakatnya para raja dan petinggi raja-raja Demak dan Sunan Kalijaga. Kraton ini sampai saat ini belum ditemukan reruntuhannya, namun berdasarkan informasi warga sekitar, ketika menggali pondasi bisa dipastikan menemukan batu bata sebagai reruntuhan kraton. Didalamnya juga diduga terdapat Siti Hinggil danTaman Keraton.


Hipotesa yang meyakini bangunan ini adalah Siti Inggil Kalinyamat. walaupun dari berbagai sumber gambar diatas digambarkan masjid agung jepara tetapi semua itu dapat di sanggah melalui gambar bangsa portugus di bawah.

Taman Kraton Kalinyamat dan Siti inggil
Taman Keraton berada di dalam keraton dengan unsur air, kolam dankura-kura serta Siti Hinggil sebagai tempat paseban. Konsep taman keraton ini sama dengan taman-taman keraton seperti di Keraton Jogja dengan Taman Sari-nya, Cirebon dengan Sunyaragi, yang disamping menambah keindahan juga sebagai tempat persembunyian.
Benteng Keraton Kalinyamat
     Di Keraton Kalinyamat dibangun juga benteng sepanjang kurang lebih 5-6km seluas 4 km2 dengan batu bata 20/25 selebar 2,5 m sebagai jalur penjagaan. Batas benteng Jalan Jepara Kudus, Kali Bakalan, dan Kali Krecek (Kali Sesek).



Hipotesa meyakini bahwa lokasi penggambaran oleh bangsa portugis ini adalah ada di Teluk kulon dan teluk wetan. mengingat bentangan beteng yang hanya di miliki keraton kalinyamat


Kutho Bedah
Lokasi riwayat hancurnya kawasan kerajaan Kalinyamat ditandai dengan hancurnya pertahanan kerajaan yang mengakibatkan runtuhnya kerajaan, peristiwa ini terjadi di dekat kali tambak di perbatasan purwogondo, robayan dan brantak, dan bersebelahan dengan daerah Gunung mas. Daerah tersebut terbilang paling mistik dari pada wilayah kalinyamat lainnya, pasalnya banyak kejadian gaib di kutho bedah tersebut, dalam sejarah pernah dikisahkan dimasa pusat pemerintahan berada di Keraton Kalinyamat yang kini di desa Kriyan (Kriyan itu bersal dari bahasa jawa yaitu Prakriya yang artinya orang terpandang (bangsawan), kemudian berubah menjadi Kriyan yang maksudnya sekitar tempat para bangsawan), Kuto Bedah terdapat Harimau kembar yang berada di dalam Sumur Upas yang bernama Macan Lurik, sumur tersebut untuk menghukum para penjahat atau pembangkang Kerajaan Kalinyamat, Sumur Upas berada di sebelah barat daya keraton yang terkenal dengan nama Sumur Upas Kuto Bedah yang saat ini berada di Desa Robayan (kata Roboyo berasal dari sebuah nama seorang tokoh pendiri desa Robayan, yaitu Mbah Roboyo. Makam mbah Roboyo terdapat di Jl. Mangga V Robayan, depan Masjid Jami' Baiturrohman 1 Robayan), tidak jarang dan tidak sedikit pula banyak pelancong yang sengaja meminta sesuatu di daerah tersebut.
Bedhahe Kalinyamat yaitu merupakan tembok benteng Kerajaan Kalinyamat yang bedah alias roboh dikarenakan diserang oleh Panembahan Senopati dari Kesultanan Mataram yang hendak ingin menguasai wilayah Jepara. Mataram berhasil menyerang Jepara yang sebelumnya Kerajaan Mataram sangat susah menyerang Jepara dikarenakan di Jepara terdapat Benteng yang kuat dengan prajurit yang menjaganya, tetapi sejak Pangeran Arya Jepara (anak Sultan Maulana Hasanudin dari Kesultanan Banten), menggantikannya Ratu Kalinyamat sebagai penguasa Jepara. Pangeran, yang diberitakan pernah berusaha menduduki tahta Banten dan berhasil menduduki Bawean ini, berkuasa sampai tahun 1599. Kekuasaannya berakhir karena pasukan Panembahan Senopati dari Mataram datang menyerbu. Jepara diduduki dan kota Kalinyamat dihancurkan. Tidak ada kabar mengenai nasib keluarga penguasa dan orang-orang penting Jepara waktu itu. Sejak saat itu pula Jepara dipimpin oleh pejabat setingkat bupati yang ditunjuk oleh Kesultanan Mataram. oleh karena itu dinamakan Kota yang meledak yang dalam bahasa Jawa artinya Kutha Bedah.
·         Keraton Mantingan, di Mantingan
Sultan Trenggono memberikan tanah dan biaya untuk mendirikan Keraton Islam di Mantingan kepada Sunan Hadlirin dan Wali Songo. Sunan Hadlirin juga ditunjuk Sebagai Sultanya. Dan diberi gelar “Sultan Hadlirin”. Persaingan penyebaran Agama sangat ketat antara Wali Songo yang berpadepokan di Kasultanan Mantingan denganTauhid Hakikat yang bermarkas di Keraton Kalinyamat. Selama tiga tahun para Wali mendirikan Keraton. Di depan keraton ada pagar yang dihuni 10 ekor Kerbau. Dikandang kerbau juga terdapat genangan air yang disebut Belik yang tidak pernah kering. Sehingga pada masa itu, Keraton Mantingan disebut Keraton Kandang Kerbau. Kanjeng Ratu Kalinyamat penasaran dengan Sultan Hadlirin yang diberi kekuasaan baru oleh ayahnya. Kanjeng Ratu Kalinyamat sering berpura-pura menyerang Kesultanan Mantingan dengan alasan urusan perbedaan agama, agar bisa bertemu dengan RadenToyib. Setelah bertemu, Kanjeng Ratu Kalinyamat dan Sultan Hadlirin sama-sama jatuh hati. Setelah Sunan Hadirin menikah dengan Ratu Kalinyamat maka Kesultanan Mantingan dan Kerajaan Kalinyamat melebur menjadi Kesultanan Kalinyamat dan pusat pemerintahan dipindahkan ke Keraton Astana Mantingan. Abdul Jalil, Kerabat Kanjeng Sunan Hadlirin, dijadikan Telik sandi Keraton Jepara bagian utara. Telik sandi bagian selatan dipercayakan pada seorang permpuan bernama Sanjang yang saat ini Makamnya di desa Petekeyan, Tahunan, Jepara, pertanyaan besar, ketika telik sandi ini ditempatkan diwilayah selatan, kenapa makamnya ada di dekat mantingan? Bukanah berarti telik sandi ini berada di utara Astana Mantingan? Bukan malah di sebelah selatan Mantingan???.





 mari berziarah ke Astana Mantingan (Kerajaan Kedua Ratu Kalinyamat dan Sultan Hadiri)

Mengulas Detil bersama Tokoh Masyarakat:
Perjalanan Sang Ratu sangatlah menarik untuk dipelajari, pasalnya memiliki motivasi bagi pembaca sejarahnya, akan tetatapi keadilan lagi-lagi tidak dirasakan dimasa sekarang, kenapa?? Mari pelajari secara seksama, Keturunan panembahan Senopati dengan Nama Sultan Agung sebagai penerus ke tiga kerajaan Mataram yang memindah kerajaan dari kota gedhe jogja ke desa plered jogja juga, di jadikan pahlawan Nasional oleh pemerintah, padahal perjuangan Sultan Agung belumlah seberapa dibandingankan perjuangan Ratu Kalinyamat dalam peristiwa pengusiran Penjajah portugis, hingga Namanya begitu Harum di kancah Internasional, tetapi juga sejarah tentang ratu kalinyamat sendiri di masa sekarang mengenai pergeseran cerita, dan itu jelas merugikan para pemburu sejarah, kenapa pergeseran cerita? Inilah nanti yang akan di terangkan ketika bertemu tokoh masyarakat. Lantas apakah ada yang memiliki cerita yang benar? Tentu saja ada, tetapi ceritanya tidak secara sejarah, melainkan cirri-ciri mitos dan kegiatan yang dilakukan pada masa tokoh itu lahir. Cekidot:
Pertemuan jalan-jalan sejarah kotaku adalah bertemu dengan sesepuh masyarakat yang daerah tinggalnya di bekas kawasan Siti inggil kepada IBU MUSLIMAH umur 63 th istri dari Bapak Sulaiman umur 68 th, ibu yang jadi sesepuh ini pun menunjukkan lokasi siti inggil yang memang berupa gundukan tanah sesuai dalam sejarah dimana Siti inggil ini sengaja di urug dalam bahasa jawa yang artinya di tutup tanah sehingga membentuk bukit, hal ini di maksud untuk menyelamatkan kerajaan dari ekspansi laskar mataram .
Menurutnya banyak sekali yang sudah datang ke bekas siti inggil, biasanya melakukan ritual di tempat siti inggil untuk mendapatkan hajat di tempat siti inggil. Padahal Ibu muslimah sendiri sangat mewanti-wanti terhadap kegiatan apa yang dilakukan dengan Nama Kanjeng Ratu Kalinyamat, Ibu ini juga pernah menanyakan, “wingi-wingi nggih wonten mas sing dadi Kanjeng Ratu, lha sak niki tiange sehat mas? Mergi nate krungu-krungu tiange pejah.” Artinya kemaren-kemaren yang jadi Ratu Kalinyamat, sekarang orangnya baik-baik saja mas? Pernah dengar orangnya (dulu yang jadi Ratu dalam acara BARATAN) Meninggal. Kenapa ibu ini bilang seperti itu, ternyata di telusuri bahwa saya sebagai orang purwogondo sendiri pernah mendengar tentang MITOS KUALAT ketika berhubungan mendalam yang berkenaan dengan Kanjeng Ratu Kalinyamat. Akan tetapi ada baiknya juga ketika mitos tersebut tetap terjaga, karena kesakralan akan tanah siti inggil tetap terjaga dan lestari hingga saat ini, walaupun tempat tersebut tidak terawat.

Pertemuan atas rujukan ibu Muslimah untuk menemui mudin soli dengan nama asli Solekhan. Umur 61 dengan alamat desa kryan RT 8/ RW 2 Kalinyamatan Jepara yang tidak jauh tempatnya dari Siti Inggil. Bapak ini menceritakan bukan tentang Siti Inggil, melainkan Tentang Berawalnya Pesta Rakyat yang Namanya BARATAN, akan tetapi bapak ini tidak terlalu membicarakan panjang lebar tentang baratan, karena bapak ini memiliki sumber sendiri dari kliping terjadinya pesta BARATAN. Dan kliping tersebut adalah sebagian pemaparan dari Lembayung Production, menurut saya itu bukanlah sumber secara Hakiki dan perlu di pertanyakan tentang kebenaran dan tradisi Baratan. Dikediaman mudin soli membayangkan atas dasar cerita baratan, bukanah dalam sejarah itu bahwa Ratu Kalinyamat dan Sultan Hadiri menemui Sunan Kudus setelah pulangnya di cegat oleh utusan arya panangsang. Dan di bunuhnya Sultan Hadiri, lantas sultan hadiri sampai merambat (prambatan sekarang) hingga sampai sempoyongan (sekarang mayong). Lalu dimana kematian sultan hadiri?? Bukankah kisah ratu kalinyamat membawa mayat sultan hadiri??? Lalu pergi kemana Ratu Kalinyamat waktu itu?? Apakah ratu kalinyamat sempat pulang ke keraton Kalinyamat sebelum berangkat ke mantingan membawa jenazah sultan??? Kisah masih misteri. Dan menurut Pak Soli, baratan itu lahir dari peristiwa membawa jenazah sultan oleh ratu kalinyamat pada malam hari sehingga masyarakat meneranginya dengan obor dan orang cina membawa lampion. Sesuai hipotesis , bahwa dulunya desa kryan adalah tempat para bangsawan, cina, jawa dan arab. Pertanyaan besar juga adalah akibat peperangan sultan dan Aryo tentu saja barang tunggangan tidak dimiliki, lantas kenapa Pesta Baratan menggunakan kereta kencana dalam tradisinya? Bukankah berarti sang ratu sempat pulang ke Kerajaan Kalinyamat (Siti Inggil) kemudian pulang lagi ke mantingan. Ketika Pesta Baratan di lakukan masyarakat untuk mengenang peristiwa duka cita. Kenapa kedukaan itu dijadikan Pesta kegembiraan masyarakat kalinyamat???. Apa yang salah dengan peristiwa itu. Apalagi dihubungkan dengan Baratan yang berarti baroatan atau keberkahan, akan tetapi setuju ketika makanan Puli di hadirkan dalam tradisi tersebut, karena puli atau ufhuli yang artinya memberi maaf dalam filosofinya.
Sedikit memberi saran untuk Tradisi Baratan.
Tradisi baratan yang sesungguhnya adalah dengan mengarak lampion keliling dusun dengan maksud memberi penerangan, dan memberi kabar kepada masyarakat atas kematian Sultan Hadliri dengan menggunakan ucapan yel-yel mistis yaitu. “TONG TONG TJI, TONG TONG JEDER” menurut penelususran bahwa kata-kata tersebut adalah suatu kata kegemparan yang terjadi dalam peristiwa terbunuhnya Sultan Hadiri.  Dan untuk arak-arakan ratu kalinyamat adalah suatu arakan yang simbolatis tidak sesui naskah, kenapa simbolis ? karena di pahami dulu. Ratu kalinyamat memboyong sultan ke mantingan, dan masyarakat menyambut duka dengan lampion, seharusnya ketika melihat naskah tidaklah mungkin dilakukan dengan formasi barongan, dan sapu jagad di depan. Barongan sendiri adalah tokoh sacral yang sifatnya kearah keburukan, dalam hal ini adalah syetan. Kemudian di lanjutkan formasi sapu jagad sebagai pengusiran yang jahat, ketika ingin kearah naskah tidak ke simbolitas, mencari tahu dimalam yang benar-benar pada massanya, saya yakin malamnya bukan malam nisfu sya’ban, nisfu sya’ban karena terkenal dengan malam kemuliaan maka dipilihlah malam itu. Ketika melihat kedalam serat/naskah formasinya adalah para keprajuritan kalinyamat (dari Siti Inggil) , Pengawal Istana, kemudian jenazah Sultan, di Teruskan Ratu Kalinyamat ,Dayang-dayang Istana Kalinyamat, Pengawal Ratu, keprajuritan. Dilanjutkan warga yang berempati terhadap Sultan dengan obor dan Lampion. Walaupun demikian adanya tradisi baratan yang sekarang terjadi sekarang, saya setengah prihatin dan tetap menghargai upaya pelestarian budaya.
Malam dimana Pangeran Kalinyamat Meninggal dan dibawa ke astana mantingan sebenarnya adalah dimana di tentuan malam meninggalnya Sultan yang mengacu kepada Haul rutin tiap tahun di Astana Mantingan.
Menurut Ahmad Munawir umur 22 tahun sebagai Mayarakat di krasak, krasak adalah penamaan desa berdasarkan kejadian lewatnya ratu Kalinyamat membawa suaminya dan kemudian di daerah tersebut ada angin besar dan bersuara “Kresek-kresek” dan masyarakat menyebutnya Krasak, namun lebih spesifik lagi di krasak ada salah satu gang dengan nama jalan TIRTA KENCANA, Hipotesisnya adalah Tirta dari nama Jawa Kawi berati air, dengan demikian bahwa wilayah krasak sebenarnya dulunya bisa berarti kolam dan bisa berarti laut. Mengacu lagi pada gambar Hipotesis yang bentuknya seperti gambar kuil menurut hipotesis adalah Siti Inggil, dengan di kelilingi oleh air, dan luar Siti Inggil adalah lautan, seperti nama Teluk Kulon dan Teluk Wetan, sekarang sudah menjadi perkampungan. Perjalanan Ratu Kalinyamat membawa Suami tercintanya ke astana mantingan di duga menggunakan Kapal Jung Java untuk Sampai ke Astana Mantingan. Dan berarti bahwa pada acara baratan, seharusnya tidak menggunakan kereta kencana, mengingat kereta kencana ada pada masa Mataram dimana VOC membangun transportasi dengan kendaraan mobil dan Kereta. Dan Masa Demak Belum ada Kereta Kencana.
Pembenaran Hipotesis bahwa Jenazah di bawa dari Siti Inggil ke mantingan adalah dalam cerita versi PURWOGONDO. Dimana desa tersebut berbau wangi dari jenazah Sultan, bukti bahwa menceritakan tentang sempoyongan (sekarang mayong) berarti belum meninggal atau masih bernafas tetapi sudah lemas, bisa jadi Sultan di gopoh oleh seseorang pada massa itu dan baru cerita PURWOGONDO yang menerangkan bahwa Sultan Sudah Meninggal. Masih PR untuk membuka sejarahnya.
Menurut Bapak Muhson, Purwogondo itu berasal dari Gondo atau wewangian yang berasal dari Jenazah Sang Sultan yang menyelimuti Daerah yang sekarang terkenal Purwogondo.


 Ini adalah Desa Purwogondo tapi masyarakat sekitar menyebut Kota Purwogondo, karena desa ini terbilang masih ramai setelah pasar di kutho bedah hingga sekarang keramaiannya masih terasa, dah bahkan keramaiannya melebihi daerah Siti Inggil di Kriyan.

Hipotesis adalah pada massa Ratu kalinyamat dekat dengan laut pada massa itu. Tidak menutup kemungkinan bahwa salah satu desa dekat dengan Siti Inggil adalah Pelabuhan Internasional, seperti teluk kulon dan teluk wetan. Disitulah berdiri ribuan kapal Jung Java yang dirintis pada masa kerajaan demak. Hal ini juga dikarenakan ada versi cerita yang sekarang Kuto Bedah dulunya sebelum Bedah, setelah keraton di pindah ke mantingan, kotho atau kota tersebut pernah beralih menjadi pasar.
Menurut aziz awal fajri umur 22 tahun sebagai masyarakat Karang Aji, dimana peristiwa penamaan daerah-daerah di karang aji sesuai dengan penamaan barang-barang kapal yang berjatuhan di wilayah tersebut, menguatkan hipotesis bahwa  daerah tersebut adalah lautan atau juga sebagai Sungai yang Besar sebagai jalur Perniagaan mengingat daerah tersebut bersebelahan dengan Kali Ombo dan Kedung.

Bertemu tokoh masyarakat adalah istri dari bapak Soli yang bernama: Ibu Supami dengan Umur 56, beliau menceritakan tentang terbunuhnya Sultan Hadiri oleh Aryo Panangsang. Akan tetapi beliau menceritakan berdasaran cerita ketoprak yang sering dilihatnya, karena beliau terlahir oleh darah seniman kota pati. Akan tetapi point yang saya tangkap belum sesuai dengan sejarah yang dipelajari benar, pertama kutho bedah menurutnya akibat ekspansi Arya panangsang bersama kudanya menabrakkan ke dinding beteng hingga beteng hancur, dirasa tidak mungkin karena dinding beteng sendiri 3-4 meter tebalnya. Mustahil untuk sendirian menjebol, apalagi keraton ketat dengan penjagaan, kemudian setelah Ratu Pindah mantingan daerah kota menjadi keramaian pasar, lalu aryo panangsan di bunuh Sutawijaya setelah terbunuhnya Sultan Hadiri di bengawan solo, dan posisi ratu kalinyamat berada di donorojo, dan peristiwa kutho bedah berada di bagian barat beteng, bukankah bagian tersebut daerah kawasan saudara ratu kalinyamat hingga membentang sampai pajang. Itu sesuatu yang mustahil. Bahwa kenyataannya hancurnya keraton itu karena Laskar Mataram atau juga di beda Massa pemerintahan atau juga di masa VOC ingin menguasai Jepara akibat perjanjian bersama amangkurat I.
Pertemuan dengan Tokoh masyarakat di Robayan: lupa bertanya dengan bapak siapa, beliau adalah pengembala kambing, kira-kira umurnya 68 th nan. Beliau menceritakan tentang kebenaran Riwayat Ratu Kalinyamat yang dimana saat kota kalinyamat hancur di kawasan Kutho Bedah (Robayan).
Hipotesis untuk Kutho Bedah Sendiri adalah kutho bedah membentang luas di desa kryan dan desa sekelilingnya. Kotho bedah memiliki arti kota yang Hancur sangat susah payah dalam menghancurkan beteng ini, sebab kehancuran terangkum dalam hipotesis antara lain:
 kehancuran akibat ekspansi militer Laskar mataram yang sudah tidak percaya dengan Aryo jepara sebagai ganti tahta Ratu Kalinyamat di jepara, ketidak percayaan itu lahir karena aryo jepara mencoba memberontak ke banten dan mataram, tetapi tidak berhasil. Sehingga penakhlukan jepara oleh mataram tidak terhindarkan walaupun masih saudara yang di pimpin panembahan Senopati sendiri tahun 1590-1599 (jatuhnya pajang sendiri tahun 1578, dan penakhlukan jepara adalah setelah 12 tahun, berarti penakhlukan jepara tahun 1590 dan kenapa jepara baru runtuh tahun 1599? Dimana yang 9 tahun?. Lascar mataram merebut jepara selama 9 tahun, bayangkan betapa susahnya merebut jepara hingga 9 tahun lamanya) . Kenapa lascar mataram senopati? Padahal masih saudara dengan keluarga Hadiwijaya kepada Aryo jepara. Ada juga kemungkinan akibat ketidak percayaan lagi antara senopati dengan penguasa jepara waktu itu, kenapa? Aryo Jepara pernah melakukan pemberontakan ke banten dan bawean pernah di takhlukannya, dan juga jepara pernah melakukan perencanaan pemberontakan kepada mataram. Atau tidak, peperangan berkecambuk di tanah jepara saat pemerintahan Sultan agung, dimana sebagai bukti beteng portugis yang dibangun di era mataram (jepara menjadi bagian mataram). Lantas kenapa kutho bedah?? Apakah di bobol oleh senjata VOC? Ada kemungkinan di bobol oleh VOC ketika kemunduran Sultan agung? Terbukti ketika amangkurat I, keturunan Sultan agung mengutus speelman menemui VOC di jepara dan melakukan perjanjian dengan VOC di jepara. Otomatis VOC sudah masuk di jepara di masa transisi Sultan Agung adan Amangkurat I. ketika VOC datang tidak mungin kutho Bedah hancur di bagian Selatan beteng. Padahal pada masa sultan agung. Orang jawa anti VOC. Ada kemungkinan VOC datang dari pesisir Utara Japara dengan jejak Beteng Portugis yang sengaja di bangun untuk menumpas belanda. Walaupun mungkin saja Kutho Bedah hancur oleh VOC. Asalkan Teluk wetan dan teluk Kulon masih Berbentuk Laut. Tetapi mengingat pendeknya sejarah yang menyatakan kedua teluk itu laut maka perlu di kaji ulang kapan kedua teluk tersebut menjadi perkampungan.
Menurut De Graaf (kerajaan islam pertama di jawa, halaman 122) : sepeninggal Sultan pajang pada 1588, terbukalah kesempatan senapati untuk memperluas kekuasaannya. Ada kemungkinan, serangan laskar Mataram yang sudah diperkirakan itu datang pada tahun 1599 (dalam buku "Awal Kebangkitan Mataram" disebutkan bahwa perlu 3 kali serangan besar untuk menundukkan jepara karena diperkuat dengan tembok-tembok benteng) dan berakhirlah pemerintahan Pangeran Jepara. Dalam suatu surat berbahasa belanda tahun 1615 (Colenbrander, Coen, jilid VII, hlm. 45) terdapat kata-kata destructie (penghancuran) kota jepara. Serangan Mataram dari pedalaman ke kota-kota pelabuhan pesisir yang makmur mengakibatkan kerusakan berat.
Sedikit saran untuk mengenang Kota Hancur atau Kutho Bedah, dengan melakukan tradisi atau ritual atau bahkan sedekah bumi dengan arak-arakan ke tempat terjadinya jebolnya beteng yang mengisahkan perjuangan Kerajaan Kalinyamat hingga akhir pada waktu itu.
Pertemuan tokoh masyarakat: pada tokoh kali ini wawancara di lakukan dengan Bapak Muhson. Beliau adalah Tokoh penjual/ pedagang jamu depan toko bangunan ababil sebelah pasar Kalinyamatan. Kenapa wawancara dengan beliau sangat menarik? Pertama tama adalah sebelum beliau berdagang , beliau adalah salah satu warga purwogondo yang pernah menjadi seniman, pengrajin hingga pada titik tertentu membuat beliau untuk berdagang. Apa hubungan beliau dengan Hipotesis saya? Wawancara dimuai cekitdot.
Beliau semasa kecilnya tinggal di daerah kenari (dekat alun-alun Kalinyamat) semasa kecil beliau beliau sering bermain bersama teman-temannya di daerah lapangan kenari. Nah lapangan kenari sendiri dekat dengan Gunung Mas (menurut masyarakat Purwogondo dan sekitarnya Gunung ini Pernah menampakkan dirinya dengan kemilau emas) nah di dekat gunung mas ini lah pusat terjadinya Kutho bedah. Ketika teman beliau mandi di kali tambak, kali tambak itu kali yang bersebelahan dengan Beteng yang jebol dan bersandingan dengan gunung Mas, selesai mandi teman beliau menemukan satu paket nampan emas dengan lengkap poci dan gelasnya yang kemilau emas. Di tambah lagi satu lirang pisang emas. Lalu dibawalah temuannya itu, namun ketika sesampainya di kawasan lapangan kenari, seorang teman memanggilnya dan diapun tersadar kalau pulang dengan tangan hampa, kisah tersebut di ceritaan kepada kawan-kawannya.
Kisah menarik lagi dari beliau, di kutho bedah ada sumur dengan kisah harimau kembar ingat? Nah dahulu pernah ada seseorang yang berniat meminta sesuatu di kutho bedah. Sumur itu sudah tidak berwujud sumur, melainkan sudah tertutup oleh gundukan tanah, ketika seorang tadi yang bertirakat. Tiba-tiba memasukkan tangan kedalam gundukan tanah tadi secara seketika tanah yang keras itu tidak di hiraukan oleh orang tersebut, ketika tangan dimasukkan dan di cabutnya tangan tersebut. Orang tersebut menemukan mustika, entah mustika apa itu.
Satu lagi kisah menarik, kali ini tentang Siti Inggil/ Keraton Kalinyamat, dahulunya ada orang yang sangat jauh mencoba bertirakat meminta sesuatu di siti inggil, seteah selama 1 minggu melakukan puasa dan tirakat di tempat itu. Tiba waktunya si orang tersebut mendapatkan benda mustika panjangnya kurang lebih 20 cm tertutupi tanah, ketika di usap barang tersebut berwujud sebilah keris lengkap dengan warangkanya yang sangat bagus. (aku yo kepengen Rek :)) akan tetapi minggu berganti, datang lagi seorang yang menginginkan sesuatu di tempat siti inggil. Dia tirakat disitu seperti yang lainnya, keesokan harinya seseorang tersebut di temukan warga terjepit oleh batang pohon dan akar pohon, kok bias ya? Pikir saya. Dan ketika di Tanya orang tersebut ,salah seorang warga mengenali orang tersebut dan ternyata orang tersebut sudah pernah meminta di siti inggil dan sekarang berusaha untuk meminta lagi. (oalah kui wonge rakus to cak, mulane).
Mitos yang berkembang pada sejarah Kutho bedah tidaklah main-main, bahwa tempat tersebut tetap lestari sampai sekarang akibat pengaruh mitos ANGKER yang sangat kuat. Keangkerannya dapat di uji sendiri :).
Terimakasih atas kunjungan di blog saya, Hipotesis yang dipaparkan masih tahap penelitian lebih lanjut, semoga Sejarawan dan pemerintah Jepara khususnya prihatin atas sejarah yang ada di jepara, walaupun melakukan pembebasan lahan yang di inginkan pemdes kriyan itu dikira tidak dapat terwujud sepenuhnya, semua mengingat perkampungan sudah berkembang disana sejak mataram di pimpin Amangkurat I. dan terimakasih kepada seluruh lapisan masyarakat yang telah memberikan mitos-mitos pada tempat yang dianggap sakral dengan tujuan melestarikan daerah tersebut dari tangan jahil manusia yang tidak mengerti tempat tersebut, seperti MITOS KUALAT untuk Siti inggil Kalinyamat, sampai sekarang tanah bekas keraton itu masih lahan kosong walaupun ditumbuhi tanaman liar, MITOS ANGKER untuk peristiwa Bedahe Kutho yang sampai sekarang menjadi tanah makam dan lahan tetap lestari walaupun banyak ditumbuhi tumbuhan liar, tempat-tempat seperti itu adalah sebagai saksi bisu kejayaan Kerajaan Kalinyamat.


Dapat bertemu bapak muhson dan mengulas cerita Ratu Kalinyamat sambil nongkrong -nongkrong


 makan gorengan trus minum es. menghilangkan penat seharian mencari kebenaran sejarah :)





……..OM Santi Santi Om……


Penulis : Ahmad Roiz
Maksud: Pertanyaan dari Hipotesis
Sumber: dari banyak sumber
Gustami Sp. 1999. “Seni Kerajinan Mebel Ukir Jepara”. Kanisius Yogyakarta.
Risalah dan Kumpulan data Perkembangan Seni Ukir Jepara. Perpustakan Umum Jepara

Wilkipedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kalinyamat : search: 22.21 WIB 27/03/2015


Syaiful Mustaqim. 30/03/2013. “Lima Wasiat Sultan Hadiri”. Search 25 maret 2015/ 03.28 WIB http://www.soearamoeria.com/2013/03/lima-wasiat-sultan-hadlirin.html

           Priyono Agustinus ,Tinjauan Historis Jepara Sebagai Kerajaan Maritim dan Kota Pelabuhan ,Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, Semarang
     Gus Cokro. 2014 “pelaut Jawa”. http://mistikindonesia.com/2014/12/18/pelaut-jawa.html/5#ixzz3OAaRcv2H. 03.30 WIB. 8/1/15

      Hamengku Buwono X. 2014. “Budaya Maritim Indonesia dalam Peluang, tantangan, dan Strategi”. Sarasehan Road Map Pembangunan Kelautan dan Kemaritiman Indonesia serta Pencangan Bulan Maritim UGM. Universitas Gajah Mada. Jogjakarta

      Hayati Chusnul, Ratu Kalinyamat:Ratu Kalinyamat Yang Pemberani ,Jurusan Sejarah Fakultas   Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, Semarang

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke III. Balai Puastaka. Jakarta

      Misteri Kapal Jung Jawa, Kapal Perang Nusantara. http://www.maritimeworld.web.id/2014/06/misteri-kapal-jung-jawa-kapal-perang.html. 03.05 WIB.  8/1/15
      Connie Rahakundini Bakrie ,2012 , Armada Pati Unus Dan Hari Armada , Universitas Indonesia

      Djaka Rubijanto ,2010, Bangsaku Mendapat Pengakuan: http://rubijanto.wordpress.com/2010/09/19/bangsaku-dapat-pengakuan/. 3/5/2014, 22.19 WIB.    

Parung Sari Project. 16/09/2012.Situs Kedaton Ratu Kalinyamat (Blayangan Ke Kalinyamatan) Search: 28/03/2015 13.12 WIB : http://parungsariproject.blogspot.com/2012/09/situs-kedaton-ratu-kalinyamat-blayangan.html

Mengenal membuat candra sengkala : serch 22.28 WIB 27/03/2015 https://begawanariyanta.wordpress.com/2012/04/15/mengenal-dan-membuat-candrasengkala/ 

Wawancara : Ibu Muslimah.
                      Bapak Solekhan
                      Ibu Supami.
                      Bapak Muhson
                      Ahmad Munawir.
                      Aziz Awal fajri.
Dan Masyarakat Purwogondo, Robayan, Kriyan yang Tidak Dapat Di Sebutkan Satu Per Satu.