……..Om
SwastiAstu……..
peta kekuasaan berdirinya keraton di jepara
Jepara
dan Kerajaan Ratu Kalinyamat
Nama asli Ratu Kalinyamat
adalah Retna Kencana, puteri Trenggana, raja Demak (1521-1546). Pada
usia remaja ia dinikahkan dengan Pangeran Kalinyamat.
Pangeran Kalinyamat berasal
dari luar Jawa. Terdapat berbagai versi tentang asal-usulnya. Masyarakat Jepara
menyebut nama aslinya adalah Win-tang, seorang saudagar Tiongkok yang mengalami
kecelakaan di laut. Ia terdampar di pantai Jepara, dan kemudian berguru pada
Sunan Kudus.
Versi lain mengatakan,
Win-tang berasal dari Aceh. Nama aslinya adalah Pangeran Toyib, putera Sultan
Mughayat Syah raja Kesultanan Aceh (1514-1528). Toyib berkelana ke Tiongkok dan
menjadi anak angkat seorang menteri bernama Tjie Hwio Gwan. Nama Win-tang
adalah ejaan Jawa untuk Tjie Bin Thang, yaitu nama baru Toyib.
Win-tang atau
Sultan Hadlirin atau Pangeran Kalinyamat (putra kedua raja Muchayat Syah
(Aceh) yang pernah didaulat menjadi raja menggantikan ayahanda dengan senang
hati dilimpahkan kepada kakaknya Raden Takyin. Meski demikian, sebagai gantinya
ia pernah menjadi raja di Jepara sehingga berjuluk Sultan Hadlirin adalah raja
pendatang) dan
ayah angkatnya kemudian pindah ke Jawa. Di sana Win-tang mendirikan desa
Kalinyamat yang saat ini berada di wilayah Kecamatan Kalinyamatan, sehingga ia
pun dikenal dengan nama Pangeran Kalinyamat. Ia berhasil menikahi Retna Kencana
putri Sultan Trenggana (Raja Demak), sehingga istrinya itu kemudian dijuluki
Ratu Kalinyamat. Sejak itu, Pangeran Kalinyamat menjadi anggota keluarga
Kerajaan Demak dan memperoleh gelar Pangeran Hadiri.
Pangeran dan Ratu
Kalinyamat memerintah bersama di Jepara. Tjie Hwio Gwan, sang ayah angkat,
dijadikan patih bergelar Sungging Badar Duwung, yang juga mengajarkan seni ukir
pada penduduk Jepara.
Ratu kalinyamat adalah putri sultan
trenggono, bukti dari sebuah garis keturunan kesultanan yang bertahta di demak
bintoro dengan sah di abad 15. Peranan ratu kalinyamat adalah sebagai putri
bangsawan yang memiliki daerah di jepara yang dikenal dengan nama ujung muara
kemudian menjadi jumpara dan japara. Transisi sebuah nama yang memiliki arti
persinggahan bagi para pedagang dan pelaku navigasi di tanah jawa yang sampai
di pantai utara jepara.
Asal nama Jepara berasal dari
perkataan Ujung Para, Ujung Mara dan Jumpara yang kemudian menjadi Jepara, yang
berarti sebuah tempat pemukiman para pedagang yang berniaga ke berbagai daerah.
Menurut buku “Sejarah Baru Dinasti Tang (618-906 M) mencatat bahwa pada tahun
674 M seorang musafir Tionghoa bernama I-Tsing pernah mengunjungi negeri Holing
atau Kaling atau Kalingga yang juga disebut Jawa atau Japa dan
diyakini berlokasi di Keling, kawasan timur Jepara sekarang ini, serta dipimpin
oleh seorang raja wanita bernama Ratu
Shima yang dikenal sangat tegas. Jepara baru dikenal pada abad ke-XV (1470
M) sebagai bandar perdagangan yang kecil yang baru dihuni oleh 90-100 orang dan
dipimpin oleh Aryo Timur dan berada dibawah pemerintahan Demak. Kemudian Aryo
Timur digantikan oleh putranya yang bernama Pati Unus (1507-1521). Pati Unus
mencoba untuk membangun Jepara menjadi kota niaga. Pati Unus dikenal sangat
gigih melawan penjajahan Portugis di Malaka yang menjadi mata rantai
perdagangan nusantara. Setelah Pati Unus wafat digantikan oleh ipar Faletehan /
Fatahillah yang berkuasa (1521-1536). Kemudian pada tahun 1536 oleh penguasa
Demak yaitu Sultan Trenggono (kesultanan keturunan ke tiga Demak Bintoro),
Jepara diserahkan kepada anak dan menantunya yaitu Ratu Retno Kencono dan Pangeran
Hadirin (suami). Namun setelah tewasnya Sultan Trenggono dalam Ekspedisi
Militer di Panarukan Jawa Timur pada tahun 1546, timbulnya geger perebutan
tahta kerajaan Demak yang berakhir dengan tewasnya Pangeran Hadiri oleh Aryo
Penangsang (murid kesayangan Sunan Kudus, dimana Sunan Kudus yang mendorong dan
mensuport kegiatan Balas Dendam yang dilakukan Aryo Panangsang kepada Sunan
Prawoto/kakak Ratu Kalinyamat dan Sunan Hadiri/Suami Ratu Kalinyamat serta
perencanaan pembunuhan kepada Sultan Hadiwijaya/ Jaka Tingkir/ Raja Pajang/
Adik Ipar Ratu Kalinyamat tetapi akibat kesaktian Jaka Tingkir, Pembunuhan Jaka
Tigkir tidak berhasil) pada tahun 1549.
Pada tahun 1549 Sunan Prawata raja keempat Demak mati dibunuh utusan
Arya Penangsang, sepupunya yang menjadi bupati Jipang. Ratu Kalinyamat
menemukan keris Kyai Betok milik Sunan Kudus menancap pada mayat kakaknya itu.
Maka, Pangeran dan Ratu Kalinyamat pun berangkat ke Kudus minta penjelasan.
Sunan Kudus adalah
pendukung Arya Penangsang dalam konflik perebutan takhta sepeninggal raja
Trenggana (1546). Ratu Kalinyamat datang menuntut keadilan atas kematian
kakaknya. Sunan Kudus menjelaskan semasa muda Sunan Prawata pernah membunuh
Pangeran Sekar Seda Lepen ayah Arya Penangsang, jadi wajar kalau ia sekarang
mendapat balasan setimpal.
Ratu Kalinyamat kecewa atas
sikap Sunan Kudus. Ia dan suaminya memilih pulang ke Jepara. Di tengah jalan,
mereka dikeroyok anak buah Arya Penangsang. Pangeran Kalinyamat tewas. Konon,
ia sempat merambat di tanah dengan sisa-sisa tenaga, sehingga oleh penduduk
sekitar, daerah desa Prambatan.
Menurut cerita. Selanjutnya dengan membawa Pangeran Kalinyamat, Ratu Kalinyamat meneruskan perjalanan sampai pada sebuah sungai dan darah yang berasal dari Pangeran Kalinyamat menjadikan air sungai berwarna ungu, dan kemudian dikenal daerah tersebut dengan nama Kaliwungu. Semakin ke barat, dan dalam kondisi lelah, kemudia melewati Pringtulis. Dan karena lelahnya dengan berjalan sempoyongan (moyang-moyong) di tempat yang sekarang dikenal dengan nama Mayong. Sesampainya di Purwogondo, disebut demikian karena di tempat inilah awal keluarnya bau dari jenazah yang dibawa Ratu Kalinyamat, dan kemudia melewati Pecangaan dan sampai di Mantingan.
Kematian orang-orang yang
dikasihi membuat Ratu Retno Kencono sangat berduka dan meninggalkan kehidupan
istana untuk bertapa di bukit Danaraja (bukit di sebelah utara kota Jepara)
Ratu Kalinyamat tidak akan turun dari pertapaannya setelah keset rambut atau
menginjak kepala dan keramas getih atau darah dari aryo panangsang dan mendesak Hadiwijaya atau jaka tingkir
untuk menumpas arya panangsan karena ilmunya setara dengan Aryo Panangsang,
tetapi Hadiwijaya enggan membunuh saudara seperguruannya dari Sunan Kudus, maka
di buatlah sayembara oleh Jaka Tingkir untuk menumpas aryo panangsang dengan
hadiah tanah pati dan mentaok (mataram) Ratu Kalinyamat Sendiri Menghadiahi
seluruh harta Kekayaannya kepada Jaka Tingkir. Dengan demikinan setelah tahta
kerajaan di Demak Lengser maka Tahta berlanjut Di Tanah Kalinyamat tetapi
pemerintahan di Astana Mantingan sebelum Pindah Ke Tanah Pajang yang di Pimpin
Hadiwijaya. Dengan bujukan Ki Juru Martani maka Ki Ageng Pamanahan dan anaknya
Sutawijaya serta Ki Penjawi mendaftar . Setelah terbunuhnya Aryo Penangsang
oleh Sutowijoyo (sebagai senopati atau
raja pertama yang memerintah kerajaan mataram islam di kota gedhe jogjakarta
setelah keruntuhan kerajaan pajang), Ratu Retno Kencono bersedia turun dari
pertapaan dan dilantik menjadi penguasa Jepara dengan gelar NIMAS RATU KALINYAMAT. Pada era
Kesultanan Pajang. Kematian Aryo Panangsang Terbilang tragis dengan Usus
terurai dan kepotong pusakanya sendiri “Setan
Kober” dengan begitu punya trend sendiri dalam berbusana pengantin.
Sepertihalnya pengantin laki-laki yang memakai karangan bunga melati pada
kerisnya yang mengibaratkan usus arya panangsan yang terurai.
Pada
masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1549-1579),Jepara berkembang pesat menjadi
Bandar Niaga utama di Pulau Jawa, yang melayani eksport import. Disamping itu
juga menjadi Pangkalan Angkatan Laut yang telah dirintis sejak masa Kerajaan
Demak. Sebagai seorang penguasa Jepara, yang gemah ripah loh jinawi karena keberadaan Jepara kala itu sebagai
Bandar Niaga yang ramai, dengan sekala internasional.
gambar
diambil setelah riset di sunda kelapa museum bahari Jakarta. dimana
saudara Kalinyamat fatahillah memerangi Portugis di Sunda kelapa. itulah
kira-kira bentuk kapal yang pernah menjadi kejayaan Ratu Kalinyamat
Menurut
bukunya Gustami Sp 1999 Terbitan
Kanisius Yogyakarta:
Wintang
yang berganti Nama menjadi Sunan Hadiri, adalah seorang komandan mariner dari
cina yang terdampar di pantai utara jawa. Dengan bantuan Sunan Kudus, ia dapat
memasyarakat dan berhasil mengembangkan industry perkapalan sehingga menjadi
kaya. Atas keberhasilan itu , kemudian ia diambil menantu Sultan Trenggono
Demak dan di jodohkan dengan Ratu Kalinyamat, Perkawinan sunan Hadirin dengan
Ratu alinyamat Merupakan Bukti bahwa percampuran darah antara penduduk pribumi
dengan orang asing telah berlangsung lama. Perkawinan seperti itu sudah lama
terjadi di kalangan bangsawan di jawa dengan yang bersangkutan telah memeluk
islam.
Pada
zaman pemerintahan Ratu Kaliyamat, jepara telah berkembang menjadi kota
pelabuhan penting. Menurut chrieke, pelabuhan Jepara merupakan pelabuhan yang
baik bagi dunia pelayaran karena mampu menampung kapal besar bermuatan dua
ratus ton atau lebih. Bersamaan dengan perkembangan pelabuhan itu, juga
dikembangkan unit usaha industry galangan kapal. Pada abad ke- 16 , industry
galangan kapal di jawa sangat terkenal di asia tenggara. Keahlian arsitek kapal
jawa juga sangat terkenal. Atas keahlian mereka itu, pada tahun 1512 Albuguerque
membawa 60 tukang yang cakap dari jawa untuk memperbaiki kapal-kapal Portugis
yang rusak di daratan pantai india. Berita lain dari orang-orang belanda yang
pertama kali datang di indoonesia menyatakan, bahwa lasem merupakan Pusat
Industri Galangan Kapal. Kapal-kapal buatan Lasem itu merupakan produk ekspor
yang sangat penting. Sehubungan dengan peran jepara sebagai pelabuhan yang baik
dan aman untuk berlabuhnya kapal- kapal niaga besar , dan juga untuk menunjang
aktivitas dan ekspedisi militer, maka kebutuhan kapal menjadi meningkat. Oleh
Karena itu Ratu Kalinyamat bersama Suaminya membangun dan mengembangkan
industry galangan kapal besar-besaran yang mampu menyerap tenaga kerja dalam
jumlah besar. Tenaga tersebut melibatan Arsitek, Tukang kayu dan para pekerja
kasar, yang dipimpin langsung oleh sunan Hadirin dan Ratu Kalinyamat. Dengan
demikian masa pemerintahan ratu kalinyamat dapat dinyatakan sebagai periode
penting, yaitu periode pertumbuhan dan perkembangan dalam bidang industry
pertukangan. Pada zaman Indonesia - Hindu terkenal bermacam-macam apal yang
dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yakni kapal lesung, kapal besar tidak
bercadik, dan kapal besar yang mempunyai cadik. Pada masa pemeintahan ratu
kalinyamat dinyatakan penting bagi
pertumbuhan industry, karena kegiatan pertukangan pada waktu itu
merupakan rangkaian proses tak terpisah bagi terbentuknya industry pertukangan
di jepara yang kelak merubah menjadi industry mebel ukir.
Berdasarkan
pernyataan Graf dan Pigeaud, dapat disimpulan bahwa, kejayaan jepara sebagai
kota pelabuhan dapat disetarakan dengan tuban dan kahuripan di delta sungai
brantas. Tersohornya pelabuhan jepara sejalan dengan tersohornya bangsa
Indonesia yang sejak lama telah dikenal sebagai bangsa bahari. Pada masa
pemerintahan ratu kalinyamat, kegiatan itu telah menjadi usaha industry
perkapalan yang sangat besar dan maju. Kemajuannya tidak terbatas pada
terpenuhinya tujuan –tujuan transportasi di bidang perniagaan saja, tetapi juga
untuk mendukung kegiatan militer. Kesibukan Bandar dan pembuatan galangan kapal
di jepara telah member peluang terserapnya angkatan kerja serta meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Sunan hadiri yang memiliki pengalaman
panjang sebagai mariner dan ahli di bidang pembuatan kapal mempunyai pegaruh besar
terhadap pengembangan tenaga tehnik. Perkawinannya dengan ratu Kalinyamat telah
memacu pemekaran keahlian dibidang pertukangan dan pembuatan kapal di kalangan
penduduk pribumi. Usaha itu sekaligus menunjukkan masuknya pengaruh cina di
Indonesia melalui pembauran tenaga tehnik. Bidang keahlian dan keterampilan
mengerjakan kayu di sekitar Bandar jepara menjadi berkembang pesat. Jepara
mungkin menjadi kota yang lebih tua jika dibandingkan dengan semarang.
Ratu
Kalinyamat dikenal mempunyai jiwa patriotisme anti penjajahan. Hal ini
dibuktikan dengan pengiriman armada perangnya ke Malaka guna menggempur
Portugis pada tahun 1551 dan tahun 1574. Cerita
tentang Ratu Kalinyamat memang tidak berakhir dengan digelari duchesse atau lord dari Kerajaan Inggris Raya, tetapi namanya ditulis Diego de Couto menyebutnya dalam sejarah
Portugis dengan julukan yang menggetarkan hati: ”Rainha de Jepara, Senora Pade Rosa e Rica” (Ratu Jepara yang penuh
kekuatan dan kekuasaan). Orang
Portugis menjulukinya sebagai De kranige dame yaitu seorang wanita
yang pemberani. Sungguh sifat berani Ratu Kalinyamat ini jarang ditemui
pada diri perempuan ningrat Jawa lainnya. Keberanian Ratu Kalinyamat
diakui baik oleh kawan maupun lawan. Serangan sang Ratu yang gagah berani ini melibatkan hampir
40 buah kapal jung jawa yang berisikan lebih kurang 5.000 orang prajurit. Namun
serangan ini gagal, ketika prajurit Kalinyamat ini melakukan serangan darat
dalam upaya mengepung benteng pertahanan Portugis di Malaka, tentara Portugis
dengan persenjataan lengkap berhasil mematahkan kepungan tentara Kalinyamat. Namun
semangat Patriotisme sang Ratu tidak pernah luntur dan gentar menghadapi
penjajah bangsa Portugis, yang di abad 16 itu sedang dalam puncak kejayaan dan
diakui sebagai bangsa pemberani di Dunia. Dua puluh empat tahun kemudian atau
tepatnya Oktober 1574, sang Ratu Kalinyamat mengirimkan armada militernya yang
lebih besar di Malaka. Ekspedisi militer kedua ini melibatkan 300 buah kapal
diantaranya 80 buah kapal jung besar berawak 15.000 orang prajurit pilihan.
Pengiriman armada militer kedua ini di pimpin oleh panglima terpenting dalam
kerajaan yang disebut orang Portugis sebagai “Quilimo atau Quilidamao”. Di akhir hayat Ratu kalinyamat
juga pernah membantu orang-orang bugis mengusir portugis . coba renungkan,
betapa besarnya pengaruh Ratu Kalinyamat terhadap nama Besar Jawa.
Perang Antara JAWA dan Portugis Tidak Terelakan di Malaka
Walaupun
akhirnya perang kedua ini yang berlangsung berbulan-bulan tentara Kalinyamat
juga tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka, namun telah membuat Portugis
takut dan jera berhadapan dengan Raja Jepara ini, terbukti dengan bebasnya
Pulau Jawa dari Penjajahan Portugis di abad 16 itu. Sebagai peninggalan sejarah
dari perang besar antara Jepara dan Portugis, sampai sekarang masih terdapat di
Malaka komplek kuburan yang di sebut sebagai Makam Tentara Jawa. Selain itu
tokoh Ratu Kalinyamat ini juga sangat berjasa dalam membudayakan SENI UKIR yang
sekarang ini jadi andalan utama ekonomi Jepara yaitu perpaduan seni ukir
Majapahit dengan seni ukir Patih Badarduwung yang berasal dari Negeri Cina. Menurut
catatan sejarah Ratu Kalinyamat wafat pada tahun 1579 dan dimakamkan di desa
Mantingan Jepara, di sebelah makam suaminya Pangeran Hadirin. Mengacu pada
semua aspek positif yang telah dibuktikan oleh Ratu Kalinyamat sehingga Jepara
menjadi negeri yang makmur, kuat dan mashur maka penetapan Hari Jadi Jepara
yang mengambil waktu beliau dinobatkan sebagai penguasa Jepara atau yang
bertepatan dengan tanggal 10 April 1527 ini telah ditandai dengan Candra
Sengkala TRUS KARYA TATANING BUMI (candra
sengkala adalah istilah untuk penanda tahun, dengan maksud Trus adalah sesuatu yang terpenuhi berarti 9, Karya adalah sesuatu yang berarti membuat tidak lain bermakna 4, Tataning adalah maksud untuk membuat
yang berarti pula 4, yang terakhir adalah Bumi
sesuatu yang memiliki arti tunggal adalah 1, dengan demikian terkumpul angka 9441. Dalam aturan membaca candra/surya sengkala adalah membacanya terbalik
seperti 1449 Caka, untuk merubah Saka ke Masehi di tambah dengan 78, sehingga memperoleh
1527 M) atau terus bekerja keras
membangun daerah. Sengkala Memet berasal dari Daratan India dan sampai di Nusantara dipakai di daerah
Jawa, Sumatra, Bali dan Jambi.
Ratu Kalinyamat tidak mempunyai anak, oleh itu kemenakannya yang dijadikan anak angkat, bernama Pangeran
Jepara (anak Sultan Maulana Hasanudin dari Kesultanan Banten), menggantikannya
sebagai penguasa Jepara. Pangeran, yang diberitakan pernah berusaha menduduki
tahta Banten dan berhasil menduduki Bawean ini, berkuasa sampai tahun 1599.
Kekuasaannya berakhir karena pasukan Panembahan Senopati dari Mataram datang
menyerbu. Jepara diduduki dan kota Kalinyamat dihancurkan. Tidak ada kabar
mengenai nasib keluarga penguasa dan orang-orang penting Jepara waktu itu.
Sejak saat itu pula Jepara dipimpin oleh pejabat setingkat bupati yang ditunjuk
oleh Kesultanan Mataram.
Ratu Kalinyamat meninggal dunia pada tahun 1579. Ia dimakamkan disamping makam
suaminya, Sunan Hadiri. Makam mereka terletak di Desa Mantingan
Kecamatan Tahunan, 5 km kearah selatan dari pusat kota Jepara.
Semasa hidupnya, Ratu Kalinyamat membesarkan tiga orang pemuda, yaitu:
Pangeran
Timur Rangga Jumena: Yang pertama adalah adiknya, yaitu Pangeran Timur Rangga
Jumena putera bungsu Trenggana
yang kemudian menjadi bupati Madiun.
Arya
Pangiri:
Yang kedua adalah keponakannya, yaitu Arya Pangiri, putra Sunan Prawata yang
kemudian menjadi bupati Demak
Pangeran
Arya Jepara
:Sedangkan yang ketiga adalah sepupunya, yaitu Pangeran Arya Jepara putra Ratu
Ayu Kirana (adik Sultan
Trenggono).
Ayah
Pangeran Arya Jepara adalah Maulana Hasanuddin raja pertama Banten. Ketika
Maulana Yusuf raja kedua Banten meninggal dunia tahun 1580, putra mahkotanya
masih kecil. Pangeran Arya Jepara berniat merebut takhta. Pertempuran terjadi
di Banten. Pangeran Jepara terpaksa mundur setelah ki Demang Laksamana,
panglimanya, gugur di tangan patih Mangkubumi Kesultanan Banten. Ayah Pangeran Arya Jepara adalah Maulana
Hasanuddin raja pertama Banten. Ketika Maulana Yusuf raja kedua Banten
meninggal dunia tahun 1580, putra mahkotanya masih kecil. Pangeran Arya Jepara
berniat merebut takhta. Pertempuran terjadi di Banten. Pangeran Jepara terpaksa
mundur setelah ki Demang Laksamana, panglimanya, gugur di tangan patih
Mangkubumi Kesultanan Banten. pada masa pemerintahan Pangerang Jepara ini
terjadi pemberontakan di Pajang oleh Mataram yang berakhir dengan kekalahan
pihak Pajang. Sehinnga pemberontakan ini terjadi pada tahun 1578 mengakibatkan
keruntuhan Kesultanan Pajang.
Dua
belas tahun kemudian, tiba giliran Jepara
di serang bala tentara Mataram. Agaknya kali ini Jepara keteteran membendung
serangan Mataram yang dahsyat. Karena Pangeran Arya Jepara sendiri meninggalkan
Jepara untuk membesuk ayahnya yaitu Maulana Hasanuddin. Maka tak ayal lagi,
Kalinyamat yang merupakan ibukota Kerajaan Jepara bernasib serupa dengan
ibukota Kesultanan Pajang yang berada di Pajang. Peristiwa ini terjadi pada
tahun 1599 M yang meruntuhkan kekuasaan Kerajaan Kalinyamat yang di kenal
dengan sebutan Bedhahe Kalinyamat.
Sampai saat ini makamnya berdiri
dengan megah dan menjadi salah satu obyek wisata di Jepara. Nama Ratu
Kalinyamat tetap melekat erat di hati penduduk Jepara. Bahkan salah satu
kecamatan di Jepara bernama Kecamatan Kalinyamatan. Kecamatan ini
merupakan bekas kerajaan Ratu Kalinyamat. Di kecamatan Kalinyamatan masih
terlihat peninggalan sejarah berupa tembok-tembok kokoh yang dahulunya adalah
benteng kerajaan.
Kerajaan
Kalinyamat.
Dalam kisah kerajaan jepara memiliki dua kerajaan
atau siti inggil pemerintahannya, antara lain:
·
Keraton Kalinyamat,
di Kriyan
Letak
Kerajaan Kalinyamat menurut cerita keratonya terdapat di dekat dengan Laut itu
terbukti dengan ditemukan Siti Inggil/ Bekas Keratonya di Desa Kriyan yang
tidak jauh dari dua Desa yang dahulunya adalah laut/teluk yaitu Desa Teluk
Kulon dan Desa Teluk Wetan. Meski kini tidak kelihatan bahwa Desa Teluk Kulon
dan Desa Teluk Wetan bekas laut tetapi jika tanah kedua desa tersebut digali
hingga 3 meter akan ditemukan batu karang, pasir laut, hingga kerang-kerang
laut maka terbukti bahwa desa ini bekas laut/teluk. Hal itu terjadi kepada
setiap warga Desa Teluk Wetan dan Desa Teluk Kulon setiap membuat sumur pasti
menemukan pasir laut, kerang-kerang laut, hingga batu karang laut.
Dugaan Hipotesis yang dibenarkan dari literatur, arah letak kerajaan berada
Lokasi keraton Kalinyamat tepat dibelakang SMP Sultan Agung Krian Kalinyamatan
Kanjeng
Ratu Kalinyamat atau Retno Kencono, lahir rabu pahing, Romadlon 1514. Putri
dari Kanjeng Sultan Trenggono,Sultan Demak (1504-1546) dengan Roro Purbayan.
Retno Kencono diberi kekuasaan memimpin Jepara pada Tanggal 10 April 1527
(TrusKaryo Tataning Bumi) karena diberi Amanat oleh Faletehan yang akan pergi
menyerang Portugis di Sunda Kelapa yang akhirnya menjadi Sultan disana 22 Juni
1527. Retno Kencono juga resmi disyahkan oleh Kanjeng Sultan Trenggono,
ayahnya. Sehingga pada 1 Juni 1527 dimulai pembuatan Keraton di Kalinyamatan,
Jepara. Pada 12 Agustus 1527 Retno Kencono melantik Pejabat Keratonnya. Tahun
1528 Kanjeng Ratu Kalinyamat pergi ke Cirebon. Disana bertemudengan perempuan
yang sangat sakti dengan aliran Tauhid Hakikat ‘’Manunggaling Kawulo Gusti’’. Perempuan asal Aceh keturunan Mesir,
yang bernama Nur Hasnah, berjuluk Syeh Siti Jenar, dengan rambut bersanggul di
atas kepala dan berkerudung warna kuning Emas banyak disangka sebagai rambut
jenggot seorang laki-laki. Keraton Kalinyamat menghadap ke timur dengan 3 Pintu
Gerbang, yaitu:
1. Pintu Gerbang pertama saat ini berada di
perbatasan Jepara Kudus, berupa hutan sampaike pintu kedua.
2. Pintu Gerbang kedua berupa dua pohon pisang
kembar yang saat ini berada di Desa Gedangan, berupa tanah lapang sampai pintu
Gerbang ketiga. Disitu hanya tersedia 2 kursi tamu, dan seekor macan Klawuk.
3. Pintu Gerbang ketiga, saat ini berada di Desa
Kriyan Langsung menuju Siti Inggil Kriyan saat ini berada di belakang SMP Islam
Sultan Agung 3 Kalinyamatan, sebagai tempat penerimaan tamu. Di bagian belakang
Istana digunakan sebagai tempat berdakwah Kanjeng Syeh Siti Jenar dalam
menyebarkan Tauhid Hakikat. Dan Kanjeng Ratu Kalinyamat adalah murid kesayangan
Syeh Siti Jenar. Kanjeng Ratu Kalinyamat sangat menyukai kerudung warna merah.
Sebagai seorang yang beraliran Tauhid Hakikat. Kanjeng Ratu Kalinyamat
mejadikan Istananya hanya dihuni perempuan. Patih yang bernama Sri Rahayu
Anjani. Panglima Perang, Sri Rekso Arum. Juru masak, Sri Anjani Kerto Rahayu.
Algojo, Sri Endang Lesmono. Telik Sandi, Rinjani. Dayang Retno Dumilah, Roro
Sumangkin. Guru spiritual, Syeh Siti Jenar. Cuma telik Sandi Panji Lanang,
satu-satunya pria. Namun kerjanya di luar Gerbang Keraton. Hewan-hewan
peliaraan keraton hampir semuanya jantan. Ada harimau tunggangan bernama
Penggolo. Burung Garuda Emas, Kera Surya kencono, Tikus Piti, Kidang Kencana,
Naga Kencana, Kerang Cangkang Wojo, Keong Buntet, dan ditambah lagi Bunga
Kenanga Putih kesukaan Kanjeng Ratu Kalinyamat. Kedelapan hewan dan ditambah
satu Bunga Kenanga Putih, dilambangkan dengan adanya Tundan Songo. Tundan Songo
saat ini adalah tangga masuk menuju Astana Mantingan.
Peninggalan yang sifatnya fisik
terkait dengan perkembangan sejarah Kerajaan Kalinyamat sebagai Kota Pelabuhan
ada dua macam yaitu yang bersifat bangunan, maupun yang sifatnya toponim berupa pemukiman atau kelompok
masyarakat. Artefak di masa lampau yang sangat berhubungan dengan sejarah
Jepara antara lain:
Kraton Kalinyamat
gambar bekas Siti Inggil dan lingkungannya berdasarkan cerita sejarah dan masyarakat kalinyamat
Kerajaan Kalinyamat merupakan sebuah
kerajaan yang berasal terdapat di Jepara, Dahulunya Kalinyamat dan Jepara
merupakan sebuah Kadipaten bawahan dari Kerajaan Demak, tetapi karena ketika
Kerajaan Demak di pimpin Sunan Prawoto dan Arya Penangsang membunuh Sultan
Hadlirin, Maka Wilayah Kalinyamat dan Jepara mendirikan Kerajaan sendiri dengan
wilayah kekuasaan Kerajaan Kalinyamat meliputi Jepara, Kudus, Pati, Juwana,
Rembang, Mataram. Sedangkan Tanah Pati dan Hutan Mentaok (Mataram) di buat
sayembara untuk siapa saja yang berhasil membunuh Arya Penangsang. Tembok
bentengnya membentang di beberapa desa, meliputi Purwogondo, Margoyoso, Kriyan,
Bakalan, Robayan dan pusat Kraton / Siti Inggil di Kriyan, kerajaan Kalinyamat
terdapat di daerah Kalinyamatan.
Di
samping itu P.J. Veth memperoleh temuan penting dari berita Portugis mengenai
"Cerinhama" atau "Cherinhama" yang disebut sebagai ibukota
sebuah kerajaan laut atau kota pelabuhan Jepara yang terletak 3 mil atau
kira-kira 12,5 pal ke pedalaman. Di tempat itu lah letak reruntuhan kraton
Kalinyamat yang menjadi tempat kedudukan atau peristirahatan Ratu Jepara. (Veth
III, 1882 : 762).
Kraton Kalinyamat merupakan tempat
tinggal Ratu Kalinyamat yang dulunya terkenal sebagai tempat bertirakatnya
para raja dan petinggi raja-raja Demak dan Sunan Kalijaga. Kraton ini
sampai saat ini belum ditemukan reruntuhannya, namun berdasarkan informasi
warga sekitar, ketika menggali pondasi bisa dipastikan menemukan batu bata
sebagai reruntuhan kraton. Didalamnya juga diduga terdapat Siti Hinggil
danTaman Keraton.
Hipotesa yang meyakini bangunan ini adalah Siti Inggil Kalinyamat.
walaupun dari berbagai sumber gambar diatas digambarkan masjid agung
jepara tetapi semua itu dapat di sanggah melalui gambar bangsa portugus
di bawah.
Taman Kraton Kalinyamat dan Siti
inggil
Taman Keraton berada di dalam
keraton dengan unsur air, kolam dankura-kura serta Siti Hinggil sebagai tempat
paseban. Konsep taman keraton ini sama dengan taman-taman keraton seperti di
Keraton Jogja dengan Taman Sari-nya, Cirebon dengan Sunyaragi, yang disamping
menambah keindahan juga sebagai tempat persembunyian.
Benteng Keraton Kalinyamat
Di Keraton
Kalinyamat dibangun juga benteng sepanjang kurang lebih 5-6km seluas 4 km2
dengan batu bata 20/25 selebar 2,5 m sebagai jalur penjagaan. Batas benteng
Jalan Jepara Kudus, Kali Bakalan, dan Kali Krecek (Kali Sesek).
Hipotesa
meyakini bahwa lokasi penggambaran oleh bangsa portugis ini adalah ada
di Teluk kulon dan teluk wetan. mengingat bentangan beteng yang hanya di
miliki keraton kalinyamat
Kutho Bedah
Lokasi
riwayat hancurnya kawasan kerajaan Kalinyamat ditandai dengan hancurnya
pertahanan kerajaan yang mengakibatkan runtuhnya kerajaan, peristiwa ini
terjadi di dekat kali tambak di perbatasan purwogondo, robayan dan brantak, dan
bersebelahan dengan daerah Gunung mas. Daerah tersebut terbilang paling mistik
dari pada wilayah kalinyamat lainnya, pasalnya banyak kejadian gaib di kutho
bedah tersebut, dalam sejarah pernah dikisahkan dimasa pusat pemerintahan
berada di Keraton Kalinyamat yang kini di desa Kriyan (Kriyan itu bersal dari
bahasa jawa yaitu Prakriya yang artinya orang terpandang (bangsawan), kemudian
berubah menjadi Kriyan yang maksudnya sekitar tempat para bangsawan), Kuto
Bedah terdapat Harimau kembar yang berada di dalam Sumur Upas yang bernama
Macan Lurik, sumur tersebut untuk menghukum para penjahat atau pembangkang
Kerajaan Kalinyamat, Sumur Upas berada di sebelah barat daya keraton yang
terkenal dengan nama Sumur Upas Kuto Bedah yang saat ini berada di Desa Robayan
(kata Roboyo berasal dari sebuah nama seorang tokoh pendiri desa Robayan, yaitu
Mbah Roboyo. Makam mbah Roboyo terdapat di Jl. Mangga V Robayan, depan Masjid
Jami' Baiturrohman 1 Robayan), tidak jarang dan tidak sedikit pula banyak
pelancong yang sengaja meminta sesuatu di daerah tersebut.
Bedhahe
Kalinyamat yaitu merupakan tembok benteng Kerajaan Kalinyamat yang bedah alias
roboh dikarenakan diserang oleh Panembahan Senopati dari Kesultanan Mataram
yang hendak ingin menguasai wilayah Jepara. Mataram berhasil menyerang Jepara
yang sebelumnya Kerajaan Mataram sangat susah menyerang Jepara dikarenakan di
Jepara terdapat Benteng yang kuat dengan prajurit yang menjaganya, tetapi sejak
Pangeran Arya Jepara (anak Sultan Maulana Hasanudin dari Kesultanan Banten),
menggantikannya Ratu Kalinyamat sebagai penguasa Jepara. Pangeran, yang
diberitakan pernah berusaha menduduki tahta Banten dan berhasil menduduki
Bawean ini, berkuasa sampai tahun 1599. Kekuasaannya berakhir karena pasukan
Panembahan Senopati dari Mataram datang menyerbu. Jepara diduduki dan kota
Kalinyamat dihancurkan. Tidak ada kabar mengenai nasib keluarga penguasa dan
orang-orang penting Jepara waktu itu. Sejak saat itu pula Jepara dipimpin oleh
pejabat setingkat bupati yang ditunjuk oleh Kesultanan Mataram. oleh karena itu
dinamakan Kota yang meledak yang dalam bahasa Jawa artinya Kutha Bedah.
·
Keraton Mantingan,
di Mantingan
Sultan
Trenggono memberikan tanah dan biaya untuk mendirikan Keraton Islam di
Mantingan kepada Sunan Hadlirin dan Wali Songo. Sunan Hadlirin juga ditunjuk
Sebagai Sultanya. Dan diberi gelar “Sultan Hadlirin”. Persaingan penyebaran
Agama sangat ketat antara Wali Songo yang berpadepokan di Kasultanan Mantingan
denganTauhid Hakikat yang bermarkas di Keraton Kalinyamat. Selama tiga tahun
para Wali mendirikan Keraton. Di depan keraton ada pagar yang dihuni 10 ekor
Kerbau. Dikandang kerbau juga terdapat genangan air yang disebut Belik yang
tidak pernah kering. Sehingga pada masa itu, Keraton Mantingan disebut Keraton
Kandang Kerbau. Kanjeng Ratu Kalinyamat penasaran dengan Sultan Hadlirin yang
diberi kekuasaan baru oleh ayahnya. Kanjeng Ratu Kalinyamat sering berpura-pura
menyerang Kesultanan Mantingan dengan alasan urusan perbedaan agama, agar bisa
bertemu dengan RadenToyib. Setelah bertemu, Kanjeng Ratu Kalinyamat dan Sultan
Hadlirin sama-sama jatuh hati. Setelah Sunan Hadirin menikah dengan Ratu
Kalinyamat maka Kesultanan Mantingan dan Kerajaan Kalinyamat melebur menjadi
Kesultanan Kalinyamat dan pusat pemerintahan dipindahkan ke Keraton Astana
Mantingan. Abdul Jalil, Kerabat Kanjeng Sunan Hadlirin, dijadikan Telik sandi
Keraton Jepara bagian utara. Telik sandi bagian selatan dipercayakan pada
seorang permpuan bernama Sanjang yang saat ini Makamnya di desa Petekeyan,
Tahunan, Jepara, pertanyaan besar, ketika telik sandi ini ditempatkan diwilayah
selatan, kenapa makamnya ada di dekat mantingan? Bukanah berarti telik sandi
ini berada di utara Astana Mantingan? Bukan malah di sebelah selatan
Mantingan???.
mari berziarah ke Astana Mantingan (Kerajaan Kedua Ratu Kalinyamat dan Sultan Hadiri)
Mengulas
Detil bersama Tokoh Masyarakat:
Perjalanan Sang Ratu sangatlah
menarik untuk dipelajari, pasalnya memiliki motivasi bagi pembaca sejarahnya,
akan tetatapi keadilan lagi-lagi tidak dirasakan dimasa sekarang, kenapa?? Mari
pelajari secara seksama, Keturunan panembahan Senopati dengan Nama Sultan Agung
sebagai penerus ke tiga kerajaan Mataram yang memindah kerajaan dari kota gedhe
jogja ke desa plered jogja juga, di jadikan pahlawan Nasional oleh pemerintah,
padahal perjuangan Sultan Agung belumlah seberapa dibandingankan perjuangan
Ratu Kalinyamat dalam peristiwa pengusiran Penjajah portugis, hingga Namanya
begitu Harum di kancah Internasional, tetapi juga sejarah tentang ratu
kalinyamat sendiri di masa sekarang mengenai pergeseran cerita, dan itu jelas
merugikan para pemburu sejarah, kenapa pergeseran cerita? Inilah nanti yang
akan di terangkan ketika bertemu tokoh masyarakat. Lantas apakah ada yang memiliki
cerita yang benar? Tentu saja ada, tetapi ceritanya tidak secara sejarah,
melainkan cirri-ciri mitos dan kegiatan yang dilakukan pada masa tokoh itu
lahir. Cekidot:
Pertemuan jalan-jalan sejarah kotaku adalah bertemu dengan sesepuh
masyarakat yang daerah tinggalnya di bekas kawasan Siti inggil kepada IBU
MUSLIMAH umur 63 th istri dari Bapak Sulaiman umur 68 th, ibu yang jadi sesepuh
ini pun menunjukkan lokasi siti inggil yang memang berupa gundukan tanah sesuai
dalam sejarah dimana Siti inggil ini sengaja di urug dalam bahasa jawa yang
artinya di tutup tanah sehingga membentuk bukit, hal ini di maksud untuk
menyelamatkan kerajaan dari ekspansi laskar mataram .
Menurutnya banyak sekali yang sudah
datang ke bekas siti inggil, biasanya melakukan ritual di tempat siti inggil
untuk mendapatkan hajat di tempat siti inggil. Padahal Ibu muslimah sendiri
sangat mewanti-wanti terhadap kegiatan apa yang dilakukan dengan Nama Kanjeng
Ratu Kalinyamat, Ibu ini juga pernah menanyakan, “wingi-wingi nggih wonten mas sing dadi Kanjeng Ratu, lha sak niki
tiange sehat mas? Mergi nate krungu-krungu tiange pejah.” Artinya
kemaren-kemaren yang jadi Ratu Kalinyamat, sekarang orangnya baik-baik saja
mas? Pernah dengar orangnya (dulu yang jadi Ratu dalam acara BARATAN) Meninggal.
Kenapa ibu ini bilang seperti itu, ternyata di telusuri bahwa saya sebagai
orang purwogondo sendiri pernah mendengar tentang MITOS KUALAT ketika
berhubungan mendalam yang berkenaan dengan Kanjeng Ratu Kalinyamat. Akan tetapi
ada baiknya juga ketika mitos tersebut tetap terjaga, karena kesakralan akan
tanah siti inggil tetap terjaga dan lestari hingga saat ini, walaupun tempat
tersebut tidak terawat.
Pertemuan atas rujukan ibu Muslimah
untuk menemui mudin soli dengan nama asli Solekhan. Umur 61 dengan alamat desa
kryan RT 8/ RW 2 Kalinyamatan Jepara yang tidak jauh tempatnya dari Siti
Inggil. Bapak ini menceritakan bukan tentang Siti Inggil, melainkan Tentang
Berawalnya Pesta Rakyat yang Namanya BARATAN, akan tetapi bapak ini tidak
terlalu membicarakan panjang lebar tentang baratan, karena bapak ini memiliki
sumber sendiri dari kliping terjadinya pesta BARATAN. Dan kliping tersebut
adalah sebagian pemaparan dari Lembayung Production, menurut saya itu bukanlah
sumber secara Hakiki dan perlu di pertanyakan tentang kebenaran dan tradisi
Baratan. Dikediaman mudin soli membayangkan atas dasar cerita baratan, bukanah
dalam sejarah itu bahwa Ratu Kalinyamat dan Sultan Hadiri menemui Sunan Kudus
setelah pulangnya di cegat oleh utusan arya panangsang. Dan di bunuhnya Sultan
Hadiri, lantas sultan hadiri sampai merambat (prambatan sekarang) hingga sampai
sempoyongan (sekarang mayong). Lalu dimana kematian sultan hadiri?? Bukankah
kisah ratu kalinyamat membawa mayat sultan hadiri??? Lalu pergi kemana Ratu
Kalinyamat waktu itu?? Apakah ratu kalinyamat sempat pulang ke keraton
Kalinyamat sebelum berangkat ke mantingan membawa jenazah sultan??? Kisah masih
misteri. Dan menurut Pak Soli, baratan itu lahir dari peristiwa membawa jenazah
sultan oleh ratu kalinyamat pada malam hari sehingga masyarakat meneranginya
dengan obor dan orang cina membawa lampion. Sesuai hipotesis , bahwa dulunya
desa kryan adalah tempat para bangsawan, cina, jawa dan arab. Pertanyaan besar
juga adalah akibat peperangan sultan dan Aryo tentu saja barang tunggangan
tidak dimiliki, lantas kenapa Pesta Baratan menggunakan kereta kencana dalam
tradisinya? Bukankah berarti sang ratu sempat pulang ke Kerajaan Kalinyamat
(Siti Inggil) kemudian pulang lagi ke mantingan. Ketika Pesta Baratan di
lakukan masyarakat untuk mengenang peristiwa duka cita. Kenapa kedukaan itu
dijadikan Pesta kegembiraan masyarakat kalinyamat???. Apa yang salah dengan
peristiwa itu. Apalagi dihubungkan dengan Baratan yang berarti baroatan atau
keberkahan, akan tetapi setuju ketika makanan Puli di hadirkan dalam tradisi
tersebut, karena puli atau ufhuli yang artinya memberi maaf dalam filosofinya.
Sedikit
memberi saran untuk Tradisi Baratan.
Tradisi baratan yang sesungguhnya
adalah dengan mengarak lampion keliling dusun dengan maksud memberi penerangan,
dan memberi kabar kepada masyarakat atas kematian Sultan Hadliri dengan
menggunakan ucapan yel-yel mistis yaitu. “TONG
TONG TJI, TONG TONG JEDER” menurut penelususran bahwa kata-kata tersebut
adalah suatu kata kegemparan yang
terjadi dalam peristiwa terbunuhnya Sultan Hadiri. Dan untuk arak-arakan ratu kalinyamat adalah
suatu arakan yang simbolatis tidak sesui naskah, kenapa simbolis ? karena di pahami
dulu. Ratu kalinyamat memboyong sultan ke mantingan, dan masyarakat menyambut
duka dengan lampion, seharusnya ketika melihat naskah tidaklah mungkin
dilakukan dengan formasi barongan, dan sapu jagad di depan. Barongan sendiri
adalah tokoh sacral yang sifatnya kearah keburukan, dalam hal ini adalah
syetan. Kemudian di lanjutkan formasi sapu jagad sebagai pengusiran yang jahat,
ketika ingin kearah naskah tidak ke simbolitas, mencari tahu dimalam yang
benar-benar pada massanya, saya yakin malamnya bukan malam nisfu sya’ban, nisfu
sya’ban karena terkenal dengan malam kemuliaan maka dipilihlah malam itu.
Ketika melihat kedalam serat/naskah formasinya adalah para keprajuritan
kalinyamat (dari Siti Inggil) , Pengawal Istana, kemudian jenazah Sultan, di
Teruskan Ratu Kalinyamat ,Dayang-dayang Istana Kalinyamat, Pengawal Ratu,
keprajuritan. Dilanjutkan warga yang berempati terhadap Sultan dengan obor dan
Lampion. Walaupun demikian adanya tradisi baratan yang sekarang terjadi
sekarang, saya setengah prihatin dan tetap menghargai upaya pelestarian budaya.
Malam dimana Pangeran Kalinyamat
Meninggal dan dibawa ke astana mantingan sebenarnya adalah dimana di tentuan
malam meninggalnya Sultan yang mengacu kepada Haul rutin tiap tahun di Astana Mantingan.
Menurut Ahmad Munawir umur 22 tahun
sebagai Mayarakat di krasak, krasak adalah penamaan desa berdasarkan kejadian lewatnya
ratu Kalinyamat membawa suaminya dan kemudian di daerah tersebut ada angin
besar dan bersuara “Kresek-kresek” dan masyarakat menyebutnya Krasak, namun
lebih spesifik lagi di krasak ada salah satu gang dengan nama jalan TIRTA
KENCANA, Hipotesisnya adalah Tirta dari nama Jawa Kawi berati air, dengan
demikian bahwa wilayah krasak sebenarnya dulunya bisa berarti kolam dan bisa
berarti laut. Mengacu lagi pada gambar Hipotesis yang bentuknya seperti gambar
kuil menurut hipotesis adalah Siti Inggil, dengan di kelilingi oleh air, dan
luar Siti Inggil adalah lautan, seperti nama Teluk Kulon dan Teluk Wetan,
sekarang sudah menjadi perkampungan. Perjalanan Ratu Kalinyamat membawa Suami
tercintanya ke astana mantingan di duga menggunakan Kapal Jung Java untuk Sampai ke Astana Mantingan. Dan berarti bahwa
pada acara baratan, seharusnya tidak menggunakan kereta kencana, mengingat
kereta kencana ada pada masa Mataram dimana VOC membangun transportasi dengan
kendaraan mobil dan Kereta. Dan Masa Demak Belum ada Kereta Kencana.
Pembenaran Hipotesis bahwa Jenazah
di bawa dari Siti Inggil ke mantingan adalah dalam cerita versi PURWOGONDO.
Dimana desa tersebut berbau wangi dari jenazah Sultan, bukti bahwa menceritakan
tentang sempoyongan (sekarang mayong) berarti belum meninggal atau masih
bernafas tetapi sudah lemas, bisa jadi Sultan di gopoh oleh seseorang pada
massa itu dan baru cerita PURWOGONDO yang menerangkan bahwa Sultan Sudah
Meninggal. Masih PR untuk membuka sejarahnya.
Menurut Bapak Muhson, Purwogondo
itu berasal dari Gondo atau wewangian yang berasal dari Jenazah Sang Sultan
yang menyelimuti Daerah yang sekarang terkenal Purwogondo.
Ini
adalah Desa Purwogondo tapi masyarakat sekitar menyebut Kota
Purwogondo, karena desa ini terbilang masih ramai setelah pasar di kutho
bedah hingga sekarang keramaiannya masih terasa, dah bahkan
keramaiannya melebihi daerah Siti Inggil di Kriyan.
Hipotesis adalah pada massa Ratu
kalinyamat dekat dengan laut pada massa itu. Tidak menutup kemungkinan bahwa
salah satu desa dekat dengan Siti Inggil adalah Pelabuhan Internasional,
seperti teluk kulon dan teluk wetan. Disitulah berdiri ribuan kapal Jung Java
yang dirintis pada masa kerajaan demak. Hal ini juga dikarenakan ada versi
cerita yang sekarang Kuto Bedah dulunya sebelum Bedah, setelah keraton di
pindah ke mantingan, kotho atau kota tersebut pernah beralih menjadi pasar.
Menurut aziz awal fajri umur 22
tahun sebagai masyarakat Karang Aji, dimana peristiwa penamaan daerah-daerah di
karang aji sesuai dengan penamaan barang-barang kapal yang berjatuhan di
wilayah tersebut, menguatkan hipotesis bahwa
daerah tersebut adalah lautan atau juga sebagai Sungai yang Besar sebagai
jalur Perniagaan mengingat daerah tersebut bersebelahan dengan Kali Ombo dan
Kedung.
Bertemu tokoh masyarakat adalah
istri dari bapak Soli yang bernama: Ibu Supami dengan Umur 56, beliau
menceritakan tentang terbunuhnya Sultan Hadiri oleh Aryo Panangsang. Akan
tetapi beliau menceritakan berdasaran cerita ketoprak yang sering dilihatnya,
karena beliau terlahir oleh darah seniman kota pati. Akan tetapi point yang
saya tangkap belum sesuai dengan sejarah yang dipelajari benar, pertama kutho
bedah menurutnya akibat ekspansi Arya panangsang bersama kudanya menabrakkan ke
dinding beteng hingga beteng hancur, dirasa tidak mungkin karena dinding beteng
sendiri 3-4 meter tebalnya. Mustahil untuk sendirian menjebol, apalagi keraton ketat
dengan penjagaan, kemudian setelah Ratu Pindah mantingan daerah kota menjadi
keramaian pasar, lalu aryo panangsan di bunuh Sutawijaya setelah terbunuhnya
Sultan Hadiri di bengawan solo, dan posisi ratu kalinyamat berada di donorojo,
dan peristiwa kutho bedah berada di bagian barat beteng, bukankah bagian
tersebut daerah kawasan saudara ratu kalinyamat hingga membentang sampai
pajang. Itu sesuatu yang mustahil. Bahwa kenyataannya hancurnya keraton itu
karena Laskar Mataram atau juga di beda Massa pemerintahan atau juga di masa
VOC ingin menguasai Jepara akibat perjanjian bersama amangkurat I.
Pertemuan dengan Tokoh masyarakat
di Robayan: lupa bertanya dengan bapak siapa, beliau adalah pengembala kambing,
kira-kira umurnya 68 th nan. Beliau menceritakan tentang kebenaran Riwayat Ratu
Kalinyamat yang dimana saat kota kalinyamat hancur di kawasan Kutho Bedah
(Robayan).
Hipotesis untuk Kutho Bedah Sendiri
adalah kutho bedah membentang luas di desa kryan dan desa sekelilingnya. Kotho
bedah memiliki arti kota yang Hancur sangat susah payah dalam menghancurkan
beteng ini, sebab kehancuran terangkum dalam hipotesis antara lain:
kehancuran akibat ekspansi militer Laskar
mataram yang sudah tidak percaya dengan Aryo jepara sebagai ganti tahta Ratu
Kalinyamat di jepara, ketidak percayaan itu lahir karena aryo jepara mencoba
memberontak ke banten dan mataram, tetapi tidak berhasil. Sehingga penakhlukan
jepara oleh mataram tidak terhindarkan walaupun masih saudara yang di pimpin
panembahan Senopati sendiri tahun 1590-1599 (jatuhnya pajang sendiri tahun
1578, dan penakhlukan jepara adalah setelah 12 tahun, berarti penakhlukan
jepara tahun 1590 dan kenapa jepara baru runtuh tahun 1599? Dimana yang 9
tahun?. Lascar mataram merebut jepara selama 9 tahun, bayangkan betapa susahnya
merebut jepara hingga 9 tahun lamanya) . Kenapa lascar mataram senopati?
Padahal masih saudara dengan keluarga Hadiwijaya kepada Aryo jepara. Ada juga
kemungkinan akibat ketidak percayaan lagi antara senopati dengan penguasa
jepara waktu itu, kenapa? Aryo Jepara pernah melakukan pemberontakan ke banten
dan bawean pernah di takhlukannya, dan juga jepara pernah melakukan perencanaan
pemberontakan kepada mataram. Atau tidak, peperangan berkecambuk di tanah
jepara saat pemerintahan Sultan agung, dimana sebagai bukti beteng portugis
yang dibangun di era mataram (jepara menjadi bagian mataram). Lantas kenapa
kutho bedah?? Apakah di bobol oleh senjata VOC? Ada kemungkinan di bobol oleh
VOC ketika kemunduran Sultan agung? Terbukti ketika amangkurat I, keturunan
Sultan agung mengutus speelman menemui VOC di jepara dan melakukan perjanjian
dengan VOC di jepara. Otomatis VOC sudah masuk di jepara di masa transisi
Sultan Agung adan Amangkurat I. ketika VOC datang tidak mungin kutho Bedah
hancur di bagian Selatan beteng. Padahal pada masa sultan agung. Orang jawa
anti VOC. Ada kemungkinan VOC datang dari pesisir Utara Japara dengan jejak
Beteng Portugis yang sengaja di bangun untuk menumpas belanda. Walaupun mungkin
saja Kutho Bedah hancur oleh VOC. Asalkan Teluk wetan dan teluk Kulon masih
Berbentuk Laut. Tetapi mengingat pendeknya sejarah yang menyatakan kedua teluk
itu laut maka perlu di kaji ulang kapan kedua teluk tersebut menjadi
perkampungan.
Menurut De Graaf (kerajaan islam
pertama di jawa, halaman 122) : sepeninggal Sultan pajang pada 1588, terbukalah
kesempatan senapati untuk memperluas kekuasaannya. Ada kemungkinan, serangan
laskar Mataram yang sudah diperkirakan itu datang pada tahun 1599 (dalam buku
"Awal Kebangkitan Mataram" disebutkan bahwa perlu 3 kali serangan
besar untuk menundukkan jepara karena diperkuat dengan tembok-tembok benteng)
dan berakhirlah pemerintahan Pangeran Jepara. Dalam suatu surat berbahasa
belanda tahun 1615 (Colenbrander, Coen, jilid VII, hlm. 45) terdapat
kata-kata destructie (penghancuran) kota jepara. Serangan Mataram dari
pedalaman ke kota-kota pelabuhan pesisir yang makmur mengakibatkan kerusakan
berat.
Sedikit
saran untuk mengenang Kota Hancur atau Kutho Bedah,
dengan melakukan tradisi atau ritual atau bahkan sedekah bumi dengan
arak-arakan ke tempat terjadinya jebolnya beteng yang mengisahkan perjuangan
Kerajaan Kalinyamat hingga akhir pada waktu itu.
Pertemuan tokoh masyarakat: pada
tokoh kali ini wawancara di lakukan dengan Bapak Muhson. Beliau adalah Tokoh
penjual/ pedagang jamu depan toko bangunan ababil sebelah pasar Kalinyamatan.
Kenapa wawancara dengan beliau sangat menarik? Pertama tama adalah sebelum
beliau berdagang , beliau adalah salah satu warga purwogondo yang pernah
menjadi seniman, pengrajin hingga pada titik tertentu membuat beliau untuk
berdagang. Apa hubungan beliau dengan Hipotesis saya? Wawancara dimuai
cekitdot.
Beliau semasa kecilnya tinggal di
daerah kenari (dekat alun-alun Kalinyamat) semasa kecil beliau beliau sering
bermain bersama teman-temannya di daerah lapangan kenari. Nah lapangan kenari
sendiri dekat dengan Gunung Mas (menurut masyarakat Purwogondo dan sekitarnya
Gunung ini Pernah menampakkan dirinya dengan kemilau emas) nah di dekat gunung
mas ini lah pusat terjadinya Kutho bedah. Ketika teman beliau mandi di kali
tambak, kali tambak itu kali yang bersebelahan dengan Beteng yang jebol dan
bersandingan dengan gunung Mas, selesai mandi teman beliau menemukan satu paket
nampan emas dengan lengkap poci dan gelasnya yang kemilau emas. Di tambah lagi
satu lirang pisang emas. Lalu dibawalah temuannya itu, namun ketika sesampainya
di kawasan lapangan kenari, seorang teman memanggilnya dan diapun tersadar
kalau pulang dengan tangan hampa, kisah tersebut di ceritaan kepada
kawan-kawannya.
Kisah menarik lagi dari beliau, di
kutho bedah ada sumur dengan kisah harimau kembar ingat? Nah dahulu pernah ada
seseorang yang berniat meminta sesuatu di kutho bedah. Sumur itu sudah tidak
berwujud sumur, melainkan sudah tertutup oleh gundukan tanah, ketika seorang
tadi yang bertirakat. Tiba-tiba memasukkan tangan kedalam gundukan tanah tadi
secara seketika tanah yang keras itu tidak di hiraukan oleh orang tersebut,
ketika tangan dimasukkan dan di cabutnya tangan tersebut. Orang tersebut
menemukan mustika, entah mustika apa itu.
Satu lagi kisah menarik, kali ini
tentang Siti Inggil/ Keraton Kalinyamat, dahulunya ada orang yang sangat jauh
mencoba bertirakat meminta sesuatu di siti inggil, seteah selama 1 minggu
melakukan puasa dan tirakat di tempat itu. Tiba waktunya si orang tersebut
mendapatkan benda mustika panjangnya kurang lebih 20 cm tertutupi tanah, ketika
di usap barang tersebut berwujud sebilah keris lengkap dengan warangkanya yang
sangat bagus. (aku yo kepengen Rek :))
akan tetapi minggu berganti, datang lagi seorang yang menginginkan sesuatu di
tempat siti inggil. Dia tirakat disitu seperti yang lainnya, keesokan harinya
seseorang tersebut di temukan warga terjepit oleh batang pohon dan akar pohon,
kok bias ya? Pikir saya. Dan ketika di Tanya orang tersebut ,salah seorang
warga mengenali orang tersebut dan ternyata orang tersebut sudah pernah meminta
di siti inggil dan sekarang berusaha untuk meminta lagi. (oalah kui wonge rakus
to cak, mulane).
Mitos yang berkembang pada sejarah
Kutho bedah tidaklah main-main, bahwa tempat tersebut tetap lestari sampai
sekarang akibat pengaruh mitos ANGKER yang sangat kuat. Keangkerannya dapat di
uji sendiri :).
Terimakasih atas kunjungan di blog
saya, Hipotesis yang dipaparkan masih tahap penelitian lebih lanjut, semoga Sejarawan
dan pemerintah Jepara khususnya prihatin atas sejarah yang ada di jepara,
walaupun melakukan pembebasan lahan yang di inginkan pemdes kriyan itu dikira
tidak dapat terwujud sepenuhnya, semua mengingat perkampungan sudah berkembang
disana sejak mataram di pimpin Amangkurat I. dan terimakasih kepada seluruh
lapisan masyarakat yang telah memberikan mitos-mitos pada tempat yang dianggap
sakral dengan tujuan melestarikan daerah tersebut dari tangan jahil manusia yang
tidak mengerti tempat tersebut, seperti MITOS KUALAT untuk Siti inggil
Kalinyamat, sampai sekarang tanah bekas keraton itu masih lahan kosong walaupun
ditumbuhi tanaman liar, MITOS ANGKER untuk peristiwa Bedahe Kutho yang sampai
sekarang menjadi tanah makam dan lahan tetap lestari walaupun banyak ditumbuhi
tumbuhan liar, tempat-tempat seperti itu adalah sebagai saksi bisu kejayaan
Kerajaan Kalinyamat.
Dapat bertemu bapak muhson dan mengulas cerita Ratu Kalinyamat sambil nongkrong -nongkrong
makan gorengan trus minum es. menghilangkan penat seharian mencari kebenaran sejarah :)
……..OM
Santi Santi Om……
Penulis : Ahmad Roiz
Maksud: Pertanyaan dari Hipotesis
Sumber: dari banyak sumber
Gustami
Sp. 1999. “Seni Kerajinan Mebel Ukir Jepara”. Kanisius Yogyakarta.
Risalah dan Kumpulan data Perkembangan Seni Ukir
Jepara. Perpustakan Umum Jepara
Syaiful
Mustaqim. 30/03/2013. “Lima Wasiat Sultan Hadiri”. Search 25 maret 2015/ 03.28 WIB http://www.soearamoeria.com/2013/03/lima-wasiat-sultan-hadlirin.html
Priyono Agustinus
,Tinjauan Historis Jepara Sebagai Kerajaan Maritim dan Kota Pelabuhan ,Jurusan
Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, Semarang
Gus Cokro. 2014 “pelaut
Jawa”. http://mistikindonesia.com/2014/12/18/pelaut-jawa.html/5#ixzz3OAaRcv2H. 03.30 WIB. 8/1/15
Hamengku Buwono X.
2014. “Budaya Maritim Indonesia dalam
Peluang, tantangan, dan Strategi”. Sarasehan Road Map Pembangunan Kelautan
dan Kemaritiman Indonesia serta Pencangan Bulan Maritim UGM. Universitas Gajah
Mada. Jogjakarta
Hayati Chusnul, Ratu Kalinyamat:Ratu
Kalinyamat Yang Pemberani ,Jurusan Sejarah
Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Diponegoro, Semarang
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke III. Balai
Puastaka. Jakarta
Misteri Kapal Jung Jawa, Kapal Perang
Nusantara. http://www.maritimeworld.web.id/2014/06/misteri-kapal-jung-jawa-kapal-perang.html.
03.05 WIB. 8/1/15
Connie
Rahakundini Bakrie ,2012 , Armada Pati Unus Dan Hari Armada ,
Universitas Indonesia
Djaka Rubijanto ,2010,
Bangsaku Mendapat Pengakuan: http://rubijanto.wordpress.com/2010/09/19/bangsaku-dapat-pengakuan/.
3/5/2014, 22.19 WIB.
Parung Sari Project. 16/09/2012.Situs
Kedaton Ratu Kalinyamat (Blayangan Ke Kalinyamatan) Search: 28/03/2015
13.12 WIB : http://parungsariproject.blogspot.com/2012/09/situs-kedaton-ratu-kalinyamat-blayangan.html
Mengenal membuat candra sengkala : serch 22.28 WIB 27/03/2015 https://begawanariyanta.wordpress.com/2012/04/15/mengenal-dan-membuat-candrasengkala/
Wawancara : Ibu Muslimah.
Bapak Solekhan
Ibu Supami.
Bapak Muhson
Ahmad Munawir.
Aziz Awal fajri.
Dan Masyarakat Purwogondo, Robayan,
Kriyan yang Tidak Dapat Di Sebutkan Satu Per Satu.